8. Mereka dan masalahnya

6.9K 717 27
                                        

Perihal ungkapan rindu di penghujung tahun.

•••

Setelah kepergian Gulf dan suaminya membuat Win dan Phuwin canggung menghadapi dua pria dewasa di hadapan mereka, bagaimana tidak? Mew meminta kedua temannya untuk mengantar mereka pulang. Mungkin jika satu mobil itu akan baik-baik saja tetapi.. dua motor dan empat orang.

Win berdebar tak karuan kala pria bernama Bright memberinya sebuah helm, begitu juga dengan Phuwin yang telah siap untuk berangkat di jok belakang motor Pond.

"Ayo."

"Iya.." cicitnya.

Melaju membelah jalanan malam, tidak terlalu kencang tapi mampu membuat Win menikmati angin menerpa sebagian wajahnya. Ia sedikit terpesona dengan paras Bright.

Sebuah tangan menarik lengannya untuk memeluk perut Bright, "Jangan di lepas."

.
.
.

Di sisi lain Phuwin malah tidak berhenti tersenyum, ia mengenal Pond tentu saja. Sedikit cerita tentang mereka.. Phuwin terlalu banyak mengagumi Pond yang notabenenya anak dari tetangganya sendiri.

Namun setelah kepindahan Pond ke mansion utama keluaeganya dan meninggalkan rumah besar tepat di hadapan rumah Phuwin, anak itu merasa kehilangan.

"Bagaimana kabar kakak?" Teriaknya ditengah deru angin.

Pond mendengarnya namun enggan menjawab.

"Kak!!"

Lelah dengan pertanyaan serta panggilannya yang tidak di gubris, Phuwin tersenyum maklum. Mungkin saja Pond tidak dapat mendengar suaranya.

Namun ia sedikit berpikiran, tidak mungkin Pond melupakannya bukan?

Mereka dulu sangat dekat, apalagi dengan rentang umur yang lumayan jauh membuat Phuwin merasa terlindungia ketika berdekatan dengan Pond.

Harapannya mengira mungkin setelah mereka berhenti di depan rumah berpagar hitam, Pond akan membuka kaca helmnya lalu tersenyum dan sedikit berbasa-basi.

Namun ketika motor itu segera pergi melaju meninggalkannya yang tengah menunggu moment tersebut, Phuwin tahu ia terlalu banyak berharap.

Hujan turun dua menit setelahnya, perihal rindunya yang tertahan.. dan tidak mendapat balasan.

***

Mew masih setia menunggui Gulf, ia telah memberi kabar pada kedua orangtua serta mertuanya.

Akan sangat tidak sopan jika ia tidak segera mengabari kejadian seperti ini, bagaimana pun juga mereka berhak tahu.

"Mew.."

"Iya," Jawab Mew sembari menatap istrinya.

"Kenapa menciumku?"

Mew tertegun sesaat, benar.. mengapa ia memilih mencium anak itu ketika ada banyak cara lain yang bisa dilakukan untuk meredakan tangisan?

Gulf menantikan jawabannya, berdebar tak karuan.

"Gulf.."

Tidak menjawab, ia masih menunggu.

"Jangan memikirkan apapun."

Si sialan ini!

Lama mereka terdiam dalam situasi canggung tak karuan, Mew yang sibuk dengan ponselnya dan Gulf hanya memandang rintik hujan dari balik jendela kamar rawat inap.

BRAK!

"Gulf!" Itu Ibunya.

Davika menarik tubuh anaknya ke dalam pelukan, sedangkan sang Ayah hanya menatapnya tajam.

MewGulf : Blank Space ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang