24. Dua anak laki-laki

5.7K 622 150
                                    

Meskipun ganjarannya adalah menghilang, maka tidak ada salahnya untuk mencoba walaupun aku tahu.. mencintaimu disaat seperti ini adalah sia-sia.

•••

Seorang lelaki dewasa membawa anak kecil dalam gandengannya, anak itu tidak banyak bicara dan cendrung menghabiskan waktu dengan melihat-lihat sekeliling.

"Ini anakmu?" Tanya Ayahnya seraya mengelus kepala si anak pendiam tadi.

"Ya.. Ayo perkenalkan dirimu Mew."

Mew kecil mengangguk lalu memperkenalkan dirinya, bicaranya pun sangat lancar. Tidak seperti dirinya yang cadel.

"Ayo Bright, kau harus berteman dengan tuan muda ini." Balas tuan Chivaree sembari tertawa menyenangkan.

"Astaga, kau tidak pernah berubah Thomas." Kedua pria dewasa itu saling melempar candaan.

Hari itu adalah waktu dimana Bright merasa senang karena memiliki teman di lingkungan rumah barunya.

***

"Mew Mew, apakah kau terjatuh?" Bright berusia 13 tahun menatap temannya khawatir, pasalnya Mew sering menjadi korban bully di sekolah mereka tetapi anehnya Mew tidak pernah mengadu dan hanya berkata :

"Tidak apa, mereka memiliki pertumbuhan emosi yang buruk." jawabnya tanpa beban.

Bright mendengus, "Aku akan memberi pelajaran pada mereka besok!"

Mew hanya tertawa, baginya Bright itu sangat menggemaskan.

"Seharusnya aku yang melindungimu, bukan sebaliknya."

Senyuman terbit dari kedua belah labium keturunan Chivaree, "Kalau begitu kita harus saling melindungi."

.
.
.

Untuk pertama kalinya Bright merasa sangat tidak suka ketika Mew memperkenalkan Namtan sebagai kekasihnya, bahkan ketika Mew bercerita banyak hal mengenai gadis itu.. Bright hanya ikut tertawa kala tatapan mereka bertemu.

Lalu membuang wajah karena benci ketika Mew mengalihkan pandangan.

"Bright, bagaimana menurutmu jika akhir tahun nanti aku dan Namtan menikah?"

Bright mengangguk, terselip rasa tidak rela namun pria itu begitu mahir menyembunyikan luka.

"Itu bagus, kalian akan menjadi orangtua yang hebat nantinya."

Mew mengangguk membenarkan, tanpa mengetahui bahwa telaga cokelat milik temannya telah berkaca-kaca.

Ini terlalu menyakitkan.

.
.
.

"Aku di jodohkan," Mew memijat pelipisnya pusing memikirkan segala hal.

Setelah Ibunya menolak Namtan, maka wanita yang telah melahirkannya itu bergegas mencari seseorang untuknya.

Namun yang tidak Mew sangka, ternyata calon istrinya adalah seorang anak remaja berusia 17 tahun.

"Wow.. kau terdengar seperti mengadopsi seorang anak," Bright meledeknya keras.

Mew semakin masam mendengarnya, "kau bajingan sialan."

.
.
.

Jemarinya mengelus sebuah figura foto berisikan dua anak lelaki yang tengah tertawa di sebuah padang rumput, Mew dan Bright.

MewGulf : Blank Space ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang