36. Gelasnya Pecah

4.7K 542 100
                                    

Tampilkan kelemahan ketika anda sedang kuat, dan kuatlah meski anda sedang lemah.
- 𝑻𝒉𝒆 𝑨𝒓𝒕 𝑶𝒇 𝑾𝒂𝒓 -

•••

Gulf berjalan gontai meninggalkan perusahaan keluarga Jongcheveevat, Aterhms.

Langit sudah sangat gelap, senyum miris terbit di bibirnya. Suaminya berbohong.

"Tuan Mew mengosongkan jadwal untuk dua hari kedepan, dan beliau juga mengatakan apapun jenis pekerjaan yang mendesak ia tidak mau tahu. Kami harus menghandlenya sebisa mungkin." Jelas Sekretaris suaminya panjang lebar.

Mereka duduk di dalam satu ruangan dengan secangkir teh hangat diatas meja.

"Jadi.. kalian memang tidak ada yang menghubunginya?"

"Tidak tuan, saya berani menjamin hal tersebut."

Gulf memejamkan matanya sejenak.

"Sebenarnya apa yang coba kau lakukan diluar sana?"

.
.
.

Pukul delapan malam.

Mew masih betah tinggal di ruang rawat inap Namtan, sudah dari 10 menit yang lalu wanita itu bangun namun hanya ada pandangan kosong.

Mew tidak tega meninggalkannya lagi, maka dari itu jemarinya kini telah mengusap nyaman Surai panjang Namtan yang kini semakin merapatkan tubuhnya ke arah Mew.

"Mew.. bukankah kau mengatakan kita harus tahu batasan masing-masing?" Netranya sangat redup.

Mew merasakan jantungnya diremas begitu kuat, ia baru menyadari bahwa wanita ini benar-benar sesakit itu.

Namtan yang ia kenal tidak seperti ini.

Kenyataan menampar kembali kewarasan di dalam diri, Mew tidak seharusnya berada disini untuk menemaninya semalaman.

Seharusnya Mew pulang dan mengecek kondisi Gulf di rumah.

"Jangan pikirkan apapun, kesehatanmu lebih penting."

Satu senyuman dari Namtan membuat Mew ikut menarik sudut bibirnya terpaksa. mereka saling mengunci tatapan.

Dua orang yang masih terjebak dalam lingkaran masa lalu.

"Mew.." Namtan meringsek masuk kedalam pelukan hangat Mew yang disambut lelaki itu dengan baik.

Mereka berpelukan.

"Bisakah aku meminta satu hal?"

Mew yakin dirinya tidak memiliki perasaan yang sama untuk Namtan, tetapi.. saat ini hatinya tidak bisa mengecewakan sang wanita.

"Katakan."

"Tetaplah berada di sisiku sampai operasiku selesai, setelah itu.. aku berjanji tidak akan menganggumu lagi."

Mew berpikir sejenak, jadwal Operasinya masih satu bulan lagi. Dan artinya.. selama Gulf pergi.

Gulf.. maafkan aku.

"Baiklah."

Satu janji telah terucap.

.
.
.

Davika meneguk teh Jasmine-nya perlahan, merasakan hangat serta pahit dan wanginya aroma minuman yang telah menjadi rutinitas konsumsinya sejak beberapa tahun lalu.

Ingatannya merekam jelas bagaimana frustasi dan kecewanya wajah sang anak. jujur.. setelah berdiam diri selama 30 menit dibawah shower, akhirnya ia paham bahwa tidak seharusnya mereka para orangtua meminta kehadiran seorang bayi dari pasangan sesama laki-laki.

MewGulf : Blank Space ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang