Sebenarnya setelah pulang dari 'rumah' Jun, Lia sempat mengurung diri, tidak mau bertemu anaknya, tidak mau menemui siapapun dan tidak mau makan atau minum. Namun untunglah semua itu hanya berlangsung selama satu malam.
Katanya, Lia butuh waktu untuk bersedih. Dan ia harus menyiapkan diri agar bisa menjadi Ibu yang kuat dan baik untuk anaknya.
Hari ini, Lia bertemu lagi dengan anaknya. Ia sudah menyusuinya tadi, dan sekarang bayi mungil itu sedang tertidur di pangkuannya.
Jeno dan Haechan juga ada di sana. Keduanya selalu datang setiap hari, hanya untuk memastikan Lia dan anaknya baik-baik saja.
Syukurlah karena Lia terlihat baik-baik saja. Ia banyak tersenyum, ia juga kembali menjadi Lia yang ceria.
"Lo udah tau mau dikasih nama apa anak lo?"
Lia mengangguk, "Alea. Im Alea."
"Im?" Tanya Jeno dan Haechan serempak.
"Kenapa?"
"Kenapa pake nama belakang lo?"
"Terus harus pake nama siapa? Gue ga ngedaftarin pernikahan gue sama Jun, Chan."
Benar, hubungan Jun dan Lia di tentang keras oleh orang tua Lia. Karena Lia merupakan seorang anak dari orang tua terpandang sudah pasti mereka menentang jika Lia berpacaran dengan seorang tukang kurir.
Namun karena cintanya pada Jun begitu besar. Ia memilih untuk meninggalkan orang tuanya dan memilih hidup bersama Jun. Meninggalkan kemewahan dan juga karirnya.
Jun sendiri tidak pernah banyak bercerita tentang keluarganya. Ia hanya bilang jika ia tinggal sendirian di Seoul. Dan dengan tabungan yang di miliki Jun juga beberapa barang mewah Lia yang di jual, mereka membeli rumah sederhana.
Walaupun awalnya Jun menolak, namun pada akhirnya mereka hanya memiliki satu sama lain. Keduanya tidak bisa menggelar pernikahan karena keterbatasan biaya, jadi mereka pun memilih untuk tidak mendaftarkan pernikahan mereka.
"Li gue tau ini waktunya gak tepat. Tapi lo bisa daftarin gue sebagai Ayahnya Alea."
Lia menatap Jeno, lelaki itu tidak berubah selalu sebaik itu padanya, "Mana bisa gue gitu ke lo, Jen."
"Bisa. Kenapa harus gak bisa?"
"Setelah apa yang gue lakuin ke lo, gue gak bisa minta lo ngorbanin diri lagi, Jen."
Sedikit informasi tentang Lia dan Jeno di masa lalu. Mereka pernah menjalin sebuah hubungan selama beberapa bulan sebelum akhirnya Lia bertemu Jun dan memilih untuk meninggalkan Jeno begitu saja.
"Gue udah lupain semua yang terjadi di masa lalu. Anggap aja kita gak pernah ngelewatin masa itu, dan lo bisa anggap gue sahabat lagi, kaya dulu."
Lia menggeleng, "Gue gak mau jadi orang jahat buat kedua kalinya dalam hidup lo, Jen. Lo cowok baik, lo berhak bahagia."
Jeno menatap Lia dalam, bagi Lia mungkin Jeno tetap hanya seorang sahabat untuknya. Tapi untuk Jeno, Lia adalah rumahnya, dulu ataupun sekarang.
"Makasih Jeno, lo selalu baik sama gue dari dulu. Padahal harusnya lo gak maafin gue."
Senyuman mengembang di bibir Jeno, "Lo sahabat gue, Lia. Dulu sekarang dan sampe nanti."
Lia mengangguk sambil tersenyum sampai matanya tidak terlihat.
"Kalo gitu, daftarin pake nama gue aja Li. Gue juga gak apa-apa kok."
"Cihh, lo pacaran aja belum pernah mana mau gue ngedaftarin seorang jomblo abadi sebagai Ayah dari anak gue."
"Sial. Jomblo dan fokus sama karir itu beda ya tolong diinget."
"Ciuman sana sama bola basket tuh!"
Haechan adalah seorang atlet profesional dalam tim basket. Ia begitu mencintai basket sejak kecil, dan karenanya ia tidak pernah tertarik pada wanita.
"Cih, awas aja lo nanti pasti nyesel karena udah ngeledekin orang yang paling sukses di Korea."
Lia menjulurkan lidahnya dengan ekspresi menyebalkan.
Diam-diam Jeno tersenyum, ia senang karena Lia tidak terlalu berlarut dalam kesedihannya. Jeno sempat khawatir jika Lia akan mengalami kesulitan, namun nyatanya gadis itu jauh lebih kuat dari yang ia duga.
"Ngomong-ngomong, Lee Jeno! Lo dari tadi ngapain liatin Alea terus?" Haechan beralih pada Jeno.
"Hng?"
"Nanti Alea bisa bolong kalo lo liatin terus."
"Hush!" Lia melototi Haechan karena sudah berkata seperti itu, "Jeno, lo mau coba gendong Alea?"
"Boleh?" Tanyanya polos membuat Lia tidak kuat untuk menahan senyumannya.
"Boleh dong."
"Tapi gue gak yakin bisa gendongnya."
"Coba tangan lo kaya gini."
Lia memperlihatkan tangannya, yang langsung diikuti oleh Jeno. Kemudian dengan perlahan Lia memindahkan Alea ke pangkuan Jeno.
Saat Alea berada dalam pangkuannya, yang Jeno rasakan benar-benar campur aduk. Senang, terharu, bahagia bercampur jadi satu. Dadanya pun berdegup lebih kencang.
Sebelah tangannya terulur untuk mengusap lembut pipi Alea, "Dia, cantik."
"Iya dong kan mirip gue."
"Dih sok cantik banget lo."
"Gue emang cantik dari lahir. Nih coba lo liat muka gue dari deket." Lia mendekatkan wajahnya pada Haechan.
"Lo bau!" Haechan menjauhkan kepala Lia.
Sementara Haechan dan Lia bertengkar. Jeno tidak berhenti menatap wajah mungil Alea.
Alea, kamu harus tumbuh cantik dan sehat. Kamu gak usah khawatir, kalaupun Ayah kamu gak ada disini tapi dia selalu ada di hati kamu. Dan om bakal selalu ada buat kamu sama mama kamu. Alea, makasih sudah berjuang dan lahir buat ketemu mama kamu.
Jeno berdoa bersungguh-sungguh dalam hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Find Your Home (✓)
RomanceApa arti rumah yang sebenarnya? Jeno tidak tahu. Dulu Jeno mempunyai 'rumah' yang begitu hangat yang hanya diisi oleh kebahagiaan dan tawa. Namun rumah itu hilang dalam sekejap. Menghancurkan hatinya bahkan dunianya kini tidak seindah dulu. Jeno keh...