[21] You can cry

942 158 10
                                    

Seharian ini Kalila sama sekali tidak menunjukkan batang hidungnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seharian ini Kalila sama sekali tidak menunjukkan batang hidungnya. Ia mengurung dirinya di kamar. Tidak ada suara apapun dari sana, bahkan tidak terdengar tanda-tanda Kalila menangis. Yang membuat semuanya lebih khawatir. Kalila bahkan tidak makan ataupun minum.

Namun sesuai keinginannya, mereka membiarkan Kalila berlarut dalam kesedihannya. Semua orang butuh waktu sendiri, untuk bersedih, untuk menangis, untuk mencoba menerima apa yang terjadi saat hal buruk terjadi.

Pasti sulit untuk Kalila saat mengetahui kakaknya meninggal apalagi katanya Kalila sudah tidak mempunyai siapapun.

Jadi selama satu hari itu mereka tidak ada yang mengganggu Kalila.

Namun di hari kedua semuanya tidak bisa tinggal diam, Kalila mungkin masih bersedih tapi setidaknya ia harus memperhatikan kesehatannya. Ia bisa sakit jika tidak makan apapun, ia juga bisa dehidrasi jika tidak minum selama 2 hari.

Lia harus tetap pergi bekerja hari ini karena ada persentase penting yang tidak bisa ia lewatkan apalagi kemarin ia sudah izin tidak masuk, Haechan juga tidak bisa absen hari ini karena ada latihan khusus untuk pertandingan selanjutnya.

Hanya Jeno satu-satunya yang ada di rumah. Iya, ia tidak peduli hari ini ada rapat penting. Ia hanya akan lebih khawatir jika meninggalkan Kalila sendiri.

Jeno paling tahu bagaimana sakitnya kehilangan 'rumah'.

"Kal, Lia sama Haechan udah pergi kerja. Gue sama Ale mau belanja dulu. Lo bisa keluar, seenggaknya lo harus minum kalo nggak mau makan." Jeno berbicara dari depan pintu setelah mengetuk pintu terlebih dahulu.

Jeno menghela nafas, ia takut Kalila sakit atau kenapa-napa.

Tapi ia tetap pergi, barangkali Kalila mau keluar dari kamar jika tidak ada siapapun di sana.

🏠🏠

Setelah kurang lebih 30 menit Jeno belanja dengan Ale, ia bergegas kembali ke rumah Lia.

Dan senyuman lega berkembang di bibirnya saat ia melihat Kalila sedang duduk di ruang tengah.

Pandangannya masih kosong, dan ia terlihat lesu.

Mereka sempat berpandangan selama beberapa detik sebelum akhirnya Jeno tersadar, "Gue bisa keluar lagi. Kalo lo mau sendiri."

"Gak apa-apa. Lo bisa disini."

Jeno mengangguk.

"Ale?"

"Ah dia lagi maen sama Aeera di rumah Ryu."

Kalila hanya menganggukkan kepalanya mengerti.

"Kal, lo inget salah satu kucing jantan yang kita bawa ke dokter buat di steril?"

Gadis itu mengangguk lagi.

"Yang lainnya udah ada yang adopsi. Cuma dia yang gak di adopsi." Ujarnya sambil menunjukkan kandang yang berisi kucing yang baru ia bawa.

Find Your Home (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang