Setelah setahun setengah akhirnya Lia mengizinkan Jeno dan Haechan untuk tinggal serumah dengannya. Akan tetapi dengan satu syarat Lia ingin membedah rumah dan menjadikan rumahnya menjadi 3 lantai.
Lantai 1 akan tetap seperti itu, dengan 3 kamar untuk Kalila, Lia dan Ale.
Sedangkan untuk lantai 2 akan menjadi lantai milik Jeno dan Haechan, terserah mereka mau di bagaimanakan ruangan itu.
Dan lantai 3 akan dijadikan tempat bermain khusus untuk Ale sebagian, dan sebagian lagi dijadikan tempat untuk mereka nongkrong, entah untuk berpesta atau sekedar bersantai di sana.
Selain karena akan menjadi lebih mudah apabila terjadi sesuatu, Lia juga ingin membuatkan tempat bermain di rumah untuk Ale karena anaknya itu kini semakin besar.
Pembangunan lantai 2 dan 3 sudah dilakukan sejak 2 minggu yang lalu. Jadi saat ini mereka hanya perlu mendekor dan memindahkan barang.
"Lo cewek apa cowok sih kenapa barang lo banyak banget?" Keluh Kalila pada Haechan.
"Ya, namanya juga atlet."
"Apa hubungannya?!"
"Hubungannya ada. Cuma lo gak akan ngerti, karena lo bukan atlet dan juga otak lo kan limit jadi lo gak akan ngerti."
Kalila melayangkan tinjunya pada Haechan.
Omong-omong soal Haechan, lelaki itu sudah sepenuhnya pulih dari cederanya. Jadi ia tidak perlu menuruti kemauan Ibunya untuk meneruskan perusahaan dan kembali berlatih seperti biasa. Lagaknya yang menyebalkan itu kembali lagi seperti semula, Kalila sempat menyesal dulu pernah begitu mengkhawatirkannya.
Setelah selesai dengan lantai 2, kini mereka beralih ke lantai 3.
Banyak sekali yang harus di bereskan di lantai 3. Mulai dari mengecat dinding, di lantai 1 dan 2 warna dinding berwarna abu. Dan di lantai 3 Lia ingin warna yang lebih cerah, dan pink menjadi pilihannya.
Belum lagi merangkai lemari tempat mainan juga keranjang bola untuk Ale. Tidak banyak pajangan yang di pasang, karena takut malah membuat Ale terluka. Sebagai gantinya mereka menempelkan banyak stiker lucu.
"Selamat siang! Paket anda sudah tiba!"
Teriak seorang kurir dari bawah.
"Ah ada paket buat Ale."
"Lagi? Lo beli apa aja sebenernya, Li?"
"Banyak. Karpet, kursi kecil, boneka sama mainan lagi."
Jeno dan Haechan menggelengkan kepalanya namun ikut senang karena sudah lama sekali rasanya gadis itu tidak bersemangat seperti itu.
"Gue ambil paket dulu ya!"
"Hati-hati. Gak usah buru-buru." Titah Jeno dengan suara lembutnya.
Mereka pun kembali mengerjakan pekerjaannya masing-masing. Haechan sedang mengecat dinding, Kalila sedang membereskan beberapa mainan di lemari dan Jeno sedang memasang AC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Find Your Home (✓)
RomansaApa arti rumah yang sebenarnya? Jeno tidak tahu. Dulu Jeno mempunyai 'rumah' yang begitu hangat yang hanya diisi oleh kebahagiaan dan tawa. Namun rumah itu hilang dalam sekejap. Menghancurkan hatinya bahkan dunianya kini tidak seindah dulu. Jeno keh...