Jeno dan Kalila baru pulang dari rumah sakit pagi hari, dan Haechan juga Lia terkejut karena mengira keduanya masih ada di kamar mereka masing-masing.
Keduanya masuk ke rumah dengan posisi Kalila yang berjalan dalam rangkulan Jeno. Lelaki itu tidak melepaskannya sebentar pun sampai Kalila benar-benar duduk di sofa.
"Ini Kalila kenapa? Kalian darimana?!" Tanya Haechan.
"Ceritanya panjang."
"Kalo gitu pendekin, kan bisa?"
"Intinya ini ulah bokap gue lagi."
"Bokap lo?!" Haechan dan Lia bertanya serempak.
"Semalem dia nyulik Kalila, dan dia ngelakuin hal gila lagi. Dia nusuk Kalila pake pisau, jadi semaleman kita di rumah sakit."
"Tapi kenapa bisa bokap lo nyulik Kalila? Bukannya lo di rumah?"
"Salah gue, kak. Semalem gue ke minimarket."
"Lo ngapain sih Kal malem-malem kesana?"
"Gue lupa belum beli selai kacang."
"Hah?"
"Hari ini lo ada acara penting kan kak? Dan lo pernah bilang kalo ada acara penting gitu lo harus makan roti sama selai kacang. Makanya gue beli, soalnya gue liat di kulkas abis."
Jeno menatap Kalila. Apa Kalila memang selalu seperti ini? Selalu mendahulukan orang lain? Jeno benar-benar tidak menyadari jika gadis ini mempunyai hati yang begitu hangat.
"Astaga, Kal. Kalo gitu harusnya lo minta anter. Lagian gak makan roti sama selai kacang pun gak apa-apa kok."
"Maaf, kak. Gue gak bisa tidur semalem, gue juga inget makanan Nola abis. Jadi gue keluar."
"Sekarang lo gak apa-apa?" Haechan ikut khawatir. Ia tahu bagaimana gilanya Papa Jeno.
"Gak apa-apa, Chan. Luka gue juga udah di jait. Jadi gak usah khawatir ya? Kalian belum sarapan kan? Gue bikinin dulu ya?"
Kalila hendak beranjak, namun dengan pelan-pelan Jeno menahannya, "Jangan pura-pura gak sakit. Gue tau lo sakit. Hari ini lo istirahat aja."
"Tapi-"
"Ale biar gue yang jaga."
"Lo gak masuk kerja, Jen?" Lia merasa akhir-akhir ini Jeno sering sekali tidak masuk kerja.
"Lo kerja aja Jen. Gue lagi libur latihan kok."
"Bagus. Lo bisa jagain Ale, biar gue ngurus Kalila."
Semua orang terdiam menatap Jeno.
"G-gue ngerasa bersalah sama Kalila, jadi gue bakal ngurus dia karena dia jadi gini kan karena ulah bokap gue."
Lia menatap Jeno dengan pandangan yang sulit di terka.
Apa benar Jeno hanya merasa bersalah?
"Li, lo belum berangkat? Katanya acaranya dari pagi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Find Your Home (✓)
RomanceApa arti rumah yang sebenarnya? Jeno tidak tahu. Dulu Jeno mempunyai 'rumah' yang begitu hangat yang hanya diisi oleh kebahagiaan dan tawa. Namun rumah itu hilang dalam sekejap. Menghancurkan hatinya bahkan dunianya kini tidak seindah dulu. Jeno keh...