Setelah menangis begitu banyak tadi malam, Lia merasa kurang fit untuk bisa datang bekerja hari ini. Sebenarnya bukan masalah fisiknya, Lia hanya kehilangan semangat untuk datang ke kantor setelah tahu apa yang terjadi.
Tega sekali Ibunya melakukan ini pada Lia. Tega sekali ia menghancurkan mimpi Lia yang sudah ia bangun dengan susah payah.
Hubungannya memang tidak pernah membaik setelah Lia memutuskan untuk hidup bersama Jun. Namun Lia masih tidak menyangka Ibunya sampai tega melakukan hal sekejam ini padanya.
Jeno tetap pergi bekerja hari ini. Awalnya ia bersikeras untuk menemani Lia hari ini, namun Lia memohon agar Jeno memberinya waktu untuk sendiri hari ini. Lia tidak ingin ditemani, Lia hanya ingin sendiri.
Seharian ini Lia bahkan belum menyapa Ale.
Ia benar-benar tidak mempunyai mood untuk melakukan apapun. Bahkan untuk mengisi perutnya yang terus berbunyi.
Lia hanya terus melamun menatap kosong keluar jendela kamarnya.
Kring!
Dering telepon membuyarkan lamunannya. Dan nama atasannya tertera di layar telepon.
Jujur ia sangat malas untuk mengangkatnya. Namun mengingat betapa baiknya atasannya selama ini, Lia tetap mengangkatnya.
"Karelia, Ibu minta maaf." Ujar seorang wanita paruh baya itu diseberang telepon.
"Gak apa-apa, Bu. Itu bukan salah Ibu."
Lia memaksakan senyumnya, "Harusnya saya yang minta maaf. Karena tidak profesional dan malah tidak masuk hari ini."
"Bisa kita ketemu di restoran tempat biasa kita makan?" Tanyanya lembut, "Ibu perlu bicara sama kamu."
Mata Lia kembali memanas. Dibandingkan dengan Ibunya sendiri kenapa orang lain yang lebih memahaminya.
Tiffany mungkin hanya seorang atasan di perusahaan tempat Lia bekerja. Tapi wanita itu benar-benar memperlakukan Lia dengan sangat baik, ia selalu memperlakukan Lia seperti anaknya sendiri.
Ia selalu memuji Lia pada setiap hal kecil yang sudah Lia lakukan. Ia selalu mengajak Lia makan siang bersama. Ia selalu memperhatikan Lia dan mendengarkan setiap cerita tentang Ale dan kehidupannya. Sesuatu yang Lia harapkan berasal dari Ibu kandungnya.
Setelah menutup teleponnya. Lia memakai jaketnya dan membawa kunci mobil di nakas.
Baru sampai di ruang tengah ia bertemu dengan Kalila yang baru saja kembali dari luar.
"Kak Lia?" Kalila bernafas lega melihat gadis itu akhirnya mau keluar dari kamar, "Mau makan kak, gue masakin ya?"
Lia menggeleng, "Ale mana?"
"Tadi dia nangis pengen ikut Jaemin naik mobil. Sorry ya kak gue gak minta izin dulu."
Lia mengangguk mengerti, ia kembali melangkah. Namun beberapa detik kemudian ia kembali menoleh, "Lo udah dapetin SIM lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Find Your Home (✓)
RomanceApa arti rumah yang sebenarnya? Jeno tidak tahu. Dulu Jeno mempunyai 'rumah' yang begitu hangat yang hanya diisi oleh kebahagiaan dan tawa. Namun rumah itu hilang dalam sekejap. Menghancurkan hatinya bahkan dunianya kini tidak seindah dulu. Jeno keh...