[25] Kecelakaan

1K 173 10
                                    

Malam sudah menunjukan pukul 10

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam sudah menunjukan pukul 10. Alea sudah tidur sejak pukul 8, dan Lia tidur lebih cepat karena besok ada peragaan busana yang harus ia hadiri.

Karena Kalila belum mengantuk, ia pergi keluar. Ia pergi ke minimarket untuk membeli selai, ia ingat Lia sangat menyukai selai kacang. Dan Kalila tidak mau jika besok Lia tidak sempat sarapan karena selainya habis. Lagipula makanan Nola juga sudah habis, jadi ia sekalian membeli makanan untuk Nola.

Saat sedang berjalan untuk pulang, Kalila merasa seseorang terus mengikutinya. Kalila melihat kesekitarnya dan jalanan sudah sangat sepi. Merasa takut, ia mulai mempercepat jalannya, namun yang terjadi selanjutnya Kalila tidak sadar karena orang itu membius Kalila dan membawanya pergi.

Setelah itu yang terlihat hanyalah kegelapan. Kalila sempat melihat bayangan seorang lelaki yang sedang membawanya. Ia ingin melawan namun rasa kantuk yang tidak tertahankan itu membuatnya tidak bisa melakukan apapun.

Ketika sudah tersadar lagi, Kalila menemukan dirinya berada di ruangan yang gelap. Kedua tangannya diikat. Kalila bisa melihat siluet lelaki yang sedang menunggunya untuk bangun.

"Lo siapa?! Lepasin gue bajingan!"

Lelaki itu tertawa, "Wow, wow. Ternyata kamu cewek yang pemberani ya?"

"Apa mau lo?!"

"Bagus, bagus. Kamu cepat mengerti. Kalo gitu langsung aja, telepon Jeno sekarang."

"Jeno?"

"Ya, Jeno. Pacar kamu kan?"

"Apa? Jeno bukan pacar gue!"

"Terserah. Yang penting sekarang-" lelaki itu mengambil ponsel Kalila dari sakunya, "Kita harus telepon dia."

"Jangan libatin dia! Jeno gak tau apa-apa."

Percuma, lelaki itu lebih dulu menelpon Jeno.

Kalila menggigit bibir bawahnya. Berharap Jeno sudah tidur dan tidak mengangkat teleponnya.

"Haru? Kenapa lo nelpon gue jam segini?"

"Jeno matiin telponnya!"

Kalila berteriak namun lelaki itu menjauhi Kalila.

"Apa kabar? Jeno, anakku."

"Sialan! Udah gue bilang jangan berani nyentuh orang-orang yang deket sama gue!!"

Deon, tertawa begitu keras, "Kamu lupa ya? Semakin dilarang, Papa semakin mau ngelakuin."

"Brengsek! Dimana lo sekarang?! Sedikit aja lo nyentuh Haru gue gak segan buat bunuh lo!"

"Waaaah, Papa takut. Kalo gitu kamu langsung dateng aja kesini ya, biar Papa kirim alamatnya."

"Ah, kalo kamu berani bawa polisi. Jangan harap wanita ini selamat."

Find Your Home (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang