[40] Kenyataan

1.1K 174 50
                                    

Jeno dan Haechan membelalakan matanya begitu ia turun ke lantai satu setelah mendengar teriakan dari bawah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeno dan Haechan membelalakan matanya begitu ia turun ke lantai satu setelah mendengar teriakan dari bawah.

Situasinya sangat tidak masuk akal.

Lia sudah terduduk di sofa dengan perut yang sudah bersimbah darah.

Dan Kalila yang berdiri di depannya dengan pisau yang penuh darah.

"Lia?!!" Keduanya langsung menghampiri Lia.

Kalila langsung menjatuhkan pisau dari tangannya.

"Kal? Ini kenapa? Apa yang terjadi?!"

"G-gue.. gue nggak-"

"Kita cari tahu itu nanti. Chan cepet nyalain mobil kita bawa Lia ke rumah sakit."

Haechan mengangguk kemudian berlari menuju mobilnya. Sedangkan Jeno memangku Lia mengikuti dari belakang.

Sebelum benar-benar keluar Jeno menoleh karena melihat Kalila diam saja, "Haru."

Kalila masih terdiam.

"Kalila!"

Jeno menaikkan sedikit suaranya yang berhasil membuat Kalila akhirnya menoleh, "Lo ngapain diem aja? Ayo cepet ikut ke Rs!"

"Tapi-"

"Cepet! Lo mau Lia telat di tolongin."

"I-iya gue ikut."

Setelah berbicara pada Ryujin untuk menjaga Ale sebentar, mereka pun langsung pergi ke rumah sakit.

Untungnya Lia langsung mendapatkan perawatan yang baik sehingga ia tidak terlalu kehilangan banyak darah. Ia langsung dipindahkan ke ruangan VIP atas kemauan Jeno.

Selama beberapa menit ke depan tidak ada yang mau membuka suaranya. Kalila terus menunduk melihat tangannya yang masih dipenuhi darah.

Haechan tidak mau bertanya. Ia tidak mau curiga, tapi situasinya saat itu membuat kecurigaan semakin jelas.

Jeno menatap Kalila dengan pandangan khawatir. Ia kemudian menghampiri Kalila untuk memberinya ketenangan.

Namun belum sempat Jeno sampai, Lia terlebih dulu bangun dan berujar, "Jeno.."

"Li, lo gak apa-apa?" Tanya Haechan.

Lia hanya menganggukkan kepalanya, ia berusaha untuk bangun namun ia malah meringis karena perutnya terasa sakit.

"Gak usah bangun dulu, ya? Perut lo masih sakit."

Gadis itu tiba-tiba mengalihkan pandangan, melihat Kalila yang sedari tadi diam saja berdiri di dekat pintu. Lia langsung ketakutan, "G-gue minta maaf, Kal. Gue minta maaf. Tolong jangan sakitin gue lagi."

Mata Kalila membulat tidak mengerti maksud Lia.

"Lo kenapa, Li? Apa maksud lo?"

"D-dia yang udah nusuk gue, Jen. Gue takut." Lia mulai menangis.

Find Your Home (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang