[6] Musuh

1.2K 207 24
                                    

"Loh Jeno? Ngapain lo kesini pagi banget?" Lia menatap Jeno yang tidak mengenakan pakaian kantornya, "Lo nggak kerja?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Loh Jeno? Ngapain lo kesini pagi banget?" Lia menatap Jeno yang tidak mengenakan pakaian kantornya, "Lo nggak kerja?"

"Gue udah di kasih kerjaan susah di Busan, udah seharusnya gue di kasih hadiah. Gue libur 3 hari." Jawabnya kemudian duduk di sofa, matanya tidak berhenti menatap curiga Kalila yang sedang menyiapkan sesuatu di dapur.

Jeno belum mempercayai gadis ini 100%, bahkan mungkin 1% pun belum.

"Terus ngapain lo kesini?"

"Jagain Ale."

"Jangan mulai, Jeno. Lo lupa Ale udah ada Kalila?"

"Punya baby sitter bukan berarti dia gak boleh maen sama gue dong?"

"Namanya Kalila. Stop manggil dia baby sitter."

Jeno mengabaikan Lia, membuat gadis itu menggelengkan kepalanya, "Pokoknya kalian jangan berantem ya! Awas aja kalo gue harus ke kantor polisi lagi kaya kemaren."

"Kal, gue pergi dulu ya. Titip Ale."

"Hati-hati, Kak!"

Setelah menciumi dan berpamitan dengan Alea, Lia pergi dari rumah meninggalkan Ale hanya berdua dengan Jeno dan Kalila.

"Lo lebih muda dari Lia?"

Kalila mengabaikan Jeno dan masuk ke kamar Alea, "Aleeeee, liat Lala udah bikin apa. Kita makan yaa?" 

"Tatatata." Alea berceloteh dengan semangat.

Kalila kemudian mendudukkan Alea di tempat biasa ia makan.

"Lo nggak jawab gue?"

"Gimana, Ale? Enak kan?"

"Naa.. naa!!" Alea menjawab sambil mengacungkan jari manisnya ketimbang ibu jari.

Merasa tidak di anggap Jeno duduk di hadapan Kalila, "Gue belum percaya sama lo ya. Lo bakal selalu dalam pengawasan gue."

"JE!!" Alea melihat Jeno dan berteriak begitu keras.

Dalam sekejap Jeno merubah ekspresinya dan tersenyum sangat lebar pada Alea, "Ale, kangen Jeje ya?" Jeno baru saja mau menggendong Alea namun Kalila tiba-tiba menginterupsi dengan mengelap mulut Ale.

"Ale, aaaaaa?"

Alea menerima suapan dari Kalila dengan semangat.

Tiba-tiba Jeno merasa kesal, "Kalo lo lebih muda dari Lia. Lo juga harus manggil gue -kakak. Dan lo harus sopan sama gue."

"Ale anak pinter. Makannya bagus banget. Kamu pasti bakal punya badan yang bagus kalo udah gede nanti, iya kan Ale?"

Lelaki itu menatap kesal Kalila.

Ia kemudian memikirkan cara agar gadis itu tidak mengabaikannya. Dan sebuah ide terlintas begitu saja di kepalanya. 

Jeno mengulurkan tangannya untuk menarik rambut Kalila cukup keras.

Kalila menghela nafasnya kemudian menggerakkan lidahnya ke pinggir mulut dalamnya, setelahnya ia menggebrak meja lumayan keras membuat Jeno tiba-tiba merasa ciut.

Gadis itu mengepalkan tinjunya yang membuat Jeno refleks menutupi dirinya dengan kedua tangannya.

Harus Jeno akui, sepertinya gadis itu bukan gadis biasa. Ia cukup kuat. Tidak, mungkin sangat kuat.

"Gue gak punya urusan lain selain sama kak Lia dan Ale. Jadi lebih baik lo pergi selagi gue masih ngomong baik-baik."

"Kenapa gue harus pergi? Abis Ale makan, dia pergi sama gue."

"Atas izin siapa lo mau bawa Ale?"

"Gue gak butuh izin buat bawa Ale kemanapun."

"Sekarang butuh. Dan itu dari gue."

"Lo cuma baby sitter, gue gak perlu izin lo."

Kesabaran Kalila habis, "YAA!!!" Kalila berteriak membuat Jeno juga Alea terkejut.

Ale menangis. Kemudian Jeno dan Kalila dengan sigap berdiri untuk menggendong Ale. Keduanya bergerak bersamaan, membuat kepala keduanya berbenturan saat akan membawa Ale dari kursinya. Keduanya merintih kesakitan serempak.

Buruknya Jeno merasakan sakit di kepalanya. Namun bagusnya Ale malah tertawa melihat keduanya.

Merasa itu kesempatan yang bagus, Kalila menarik rambut Jeno. Sangat kencang.

"Anjir! Apa maksud lo?!"

Sambil menahan tawa Kalila menjawab, "Liat tuh Ale seneng. Gue cuma pengen Ale ketawa."

Tidak mau kalah Jeno melakukan hal yang sama lagi pada Kalila.

"YAA!!"

"Kenapa? Lo marah karna udah bikin Ale ketawa?"

Kalila membalas lagi, Jeno dengan cepat melakukan hal yang sama. Tadinya mereka bergantian saling menarik rambut, namun kali ini mereka sudah saling jambak. Kedua tangan Jeno berada di rambut Kalila. Begitu pun sebaliknya. Alea tertawa melihat keduanya di tengah-tengah mereka.

"Lo ngelunjak ya? Lepasin ga?! kelakuan lo udah kayak bocah!!"

"Lo dulu lepasin!"

"Lo yang mulai duluan!!"

Pada saat itu Haechan yang datang tanpa mengetuk terlebih dahulu menginterupsi, "Jeno Lee!"  Haechan mengernyitkan alisnya saat melihat keduanya sedang saling menjambak, "Kalian ngapain?"

Keduanya langsung saling melepaskan. Kalila membenarkan rambutnya dengan kasar.

"Kalian saling kenal?"

"Nggak!" Jawab keduanya serempak.

"Wah gue mencium bau-bau cinta lokasi."

Jeno langsung membungkam Haechan dengan memukul lehernya dengan sisi telapak tangannya.

"Jangan ngomongin hal-hal buruk di depan Ale!"

"Apa? Hal buruk?!"

"Udah jelas. Lo nya aja udah hal buruk."

Kalila sudah siap menjambak lagi Jeno.

"Oke stop! Kalian bisa cinta-cintaan lagi setelah gue pergi. Dan juga lo hutang penjelasan sama gue." Haechan menatap Jeno masih dengan tangannya yang memegang lehernya, "Gue kesini cuma ngasih tau, tadi Lia nelpon ngasih tau kalo hari ini Ale-"

"Gue udah tau." Jeno memotong.

Tadinya Haechan heran, tapi bukan hal yang tabu lagi jika Jeno tahu segalanya tentang Alea, "Bagus! Kalo gitu jangan lupa bawa Ale buat vaksin ya." Haechan menciumi Alea, "Ini siapa yang bikinin gue sarapan? Thanks gue bawa buat bekel." Haechan main bawa saja sandwich yang tersedia di meja makan.

"Itu sarapan gue, Haechan sialaaan!!"

Haechan mengabaikan Kalila dan langsung pergi.

Haechan mengabaikan Kalila dan langsung pergi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Find Your Home (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang