Apa arti rumah yang sebenarnya?
Jeno tidak tahu.
Dulu Jeno mempunyai 'rumah' yang begitu hangat yang hanya diisi oleh kebahagiaan dan tawa.
Namun rumah itu hilang dalam sekejap. Menghancurkan hatinya bahkan dunianya kini tidak seindah dulu.
Jeno keh...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jeno sampai di alamat rumah Kalila dini hari. Perjalanan dari Seoul ke Mokpo ternyata memakan waktu cukup lama walaupun Jeno sudah mencapai kecepatan penuh. Tadinya Jeno ingin langsung mengetuk pintu rumahnya, namun Jeno takut gadis itu masih tertidur. Jadi ia memilih menunggu di dipan depan rumahnya.
Satu jam Jeno masih bisa menahan rasa kantuknya. Namun di jam berikutnya ia benar-benar tidak bisa lagi menahan matanya untuk tertutup.
Tuk. Tuk. Tuk.
Jeno terbangun ketika sesuatu mengenai tubuhnya. Ia membuka matanya dan ternyata matahari sudah menampakkan wujudnya.
Ia menoleh dan menemukan sebuah kayu panjang yang dikendalikan oleh seseorang yang tak jauh dari sana.
"Lo terlalu ganteng buat di sebut gembel." Ujarnya, lelaki itu menggerakkan lagi kayu itu untuk mengusir Jeno, "Hush. Hush. Jangan disini."
Jeno menatap lelaki itu kesal. Namun Jeno terlalu malas untuk menanggapinya. Ia memilih beranjak untuk mengetuk pintu rumah.
"Lo mau nyari siapa? Itu rumah kosong."
Jeno masih mengabaikan lelaki yang masih bersembunyi di balik pohon itu dan terus mengetuk pintu.
Tapi tidak ada tanda-tanda orang di rumah itu. Bahkan lampu rumahnya pun terlihat tidak menyala sejak malam.
"Udah gue bilang rumahnya kosong. Lo mau nyari kak Lila?"
Jeno menoleh kemudian mendekati lelaki itu, apaan? Ternyata cuma bocah. Batinnya.
"Dek lo tau Kalila? Dia dimana sekarang?"
"Enak aja manggil gue dek, gue bukan bocah ya Om!"
"Om lo bilang?!" Jeno menghirup nafas mencoba untuk bersabar, "Oke siapapun lo, bisa kasih tau gue dimana Kalila? Gue ada urusan penting."
Lelaki itu terlihat berpikir, "Gak ada yang namanya gratis, Om. Mau bayar pake apa kalo gue kasih tau, lo punya duit nggak?"
Jeno memaksakan senyumannya kemudian mengeluarkan dompetnya, "Lo mau berapapun gue kasih."
Bocah jangkung itu mengambil dompet Jeno, "Ikutin gue."
Jeno mengepalkan tinjunya dari belakang.
🏠🏠
"Kak Lila! Kak Lila! Kak Lilaaaa"
Bocah itu masuk ke dalam rumah tak jauh dari rumah Kalila dan langsung berteriak seperti itu.
"Apaan sih berisik tau gak?!"
Jeno membulatkan matanya ketika mendengar lagi suara gadis itu. Sungguh Jeno sangat merindukan suaranya. Jeno merindukan gadis galak itu.
"Jangan bilang kalo lo bikin masalah-" Kalila keluar dari dapur, niatnya ingin memarahi bocah yang berteriak itu namun tidak jadi begitu melihat sosok yang selalu ia rindukan berdiri di depan pintu, saking terkejutnya Kalila sampai menjatuhkan panci panas yang sedari tadi ia bawa, "Akhhhh!"