Haechan dan Jisung sudah ingin muntah melihat pemandangan di pagi hari ini.
Bagaimana tidak? Lihat saja bagaimana Jeno seperti sedang membuat parodi drama yang sangat menyebalkan untuk di lihat.
"Haru, apa gue gak usah kerja aja ya?" Rengek Jeno.
Semuanya sedang sarapan di meja makan dan sejak tadi Jeno tidak berhenti merengek pada Kalila.
"Jeno, lo mau gue marah?"
Dengan bibir yang mengerucut Jeno menggeleng.
"Yaudah, kerja ya. Gue gak apa-apa."
"Tapi kalo lo kenapa-kenapa gimana?"
"Nggak akan."
"Kalo lo mau apa-apa gimana?"
"Ada Haechan atau Jisung yang bisa gue suruh."
Yang disebut mengernyitkan dahinya, tidak terima disebut sebagai pesuruh secara tidak langsung.
"Kalo lo morning sickness lagi gimana?"
Iya, alasan Jeno tidak mau pergi bekerja hari ini karena akhir-akhir ini Kalila sering sekali mengalami morning sickness. Ia selalu muntah-muntah di pagi hari.
Kalila selalu berkeringat dan terlihat lemas jika sudah seperti itu. Dan mana bisa Jeno pergi kerja disaat hati dan pikirannya ada di rumah.
Mana bisa Jeno fokus bekerja?
Kalila memang sedang mengandung anak keduanya. Dan kini usianya baru menginjak 2 bulan.
Sejak tahu Kalila mengandung anak keduanya, Jeno memang menjadi super protektif. Ia jadi mengkhawatirkan hal-hal kecil, ia tidak mau jauh dari Kalila, ia melarang Kalila melakukan ini itu.
Mungkin Jeno lupa jika Kalila itu cewek bar-bar. Meskipun sering mengalami morning sickness Kalila tidak pernah benar-benar merasa kesulitan akan hal itu.
"Nggak akan, Jenooo. Astaga gue baik-baik aja nih liat." Kalila memamerkan senyum sumringahnya di depan Jeno.
"Kalo lo gak kerja cuma karena gue, gue bakal badmood seharian ini. Lo mau nanti ngaruh ke bayik kita?" Kalila ikut mengerucutkan bibirnya sambil mengelus perutnya.
Jisung dan Haechan sudah ingin pergi dari sana, namun mereka masih belum menyelesaikan sarapannya.
"Yaudah gue kerja, tapi nanti kabarin gue tiap sejam ya. Nggak, nggak. Setengah jam sekali, ya?"
Kalila mengangguk, "Iyaa, gih kerja dulu. Nanti kesiangan."
Giliran Jeno yang mengangguk meskipun dengan bibir yang masih cemberut. Ia pun beranjak dari duduknya.
"Bekelnya udah dibawa?"
"Udah."
"Coba sini dasinya gue benerin dulu." Kalila berdiri menghampiri Jeno, tangannya dengan telaten membenarkan pakaian Jeno. Sesuatu yang wajib ia lakukan bahkan sebelum mereka resmi menjadi suami istri.
Kalila juga tidak lupa merapikan rambut Jeno, "Nah sekarang udah ganteng."
Jeno masih cemberut.
"Mau ninggalin gue kerja dengan cemberut gitu?"
Lelaki itu menggeleng kemudian memaksakan senyumnya.
Membuat Kalila ikut tersenyum, "Anak baik." Kalila mengusap-usap puncak kepala Jeno, "Udah sana pergi."
Jeno mengangguk, sebelum benar-benar pergi ia menciumi pipi Kalila. Tidak lupa mengelus-elus perut Kalila, yang meskipun masih terlihat rata tapi ada seorang jiwa yang sangat dinantikan kehadirannya.
"Aww my eyes!!" Keluh Jisung.
"Tau nih merusak pagi gue aja. Udah buruan sana berangkat!" Timpal Haechan.
Jeno menghiraukan 2 lelaki yang menurutnya sedang iri dengki itu.
"Gue kerja dulu ya. Jangan lupa minum susunya, jangan kecapekan. Makan yang banyak. Kalo ada apa-apa telepon gue ya!"
"Iyaaa, Jenoooo. Hati-hati yaa."
Jeno mengangguk.
Barulah akhirnya lelaki itu benar-benar pergi.
"Akhirnya drama ini berakhir." Ujar Jisung yang diangguki Haechan.
Keduanya pun kembali menyantap sarapannya. Sejak tadi nafsu makan mereka hilang.
Kalila hanya tertawa kecil melihat Jisung dan Haechan.
Satu suap.
Dua suap.
Baru saja Haechan akan memasukkan sendok ketiganya. Tiba-tiba pintu terbuka dengan keras.
Itu Jeno.
Dia berlari dari luar dan langsung memeluk Kalila.
Bahkan belum sampai 5 menit lelaki itu keluar dari rumah.
"Haruuuuu!"
"Gak bisa gue gak bisaa!!"
"Gue gak bisa kerjaaaaaa. Gue maunya nemenin lo aja di rumah."
"Jangan paksa gue buat kerja pleaseeeee!!"
Rengek Jeno sambil memeluk Kalila.
Jisung dan Haechan kompak melemparkan sendok mereka, "Udah lah, gue gak akan makan, jir!"
Haechan sudah bersiap melayangkan tinjunya pada Jeno namun Jisung menahannya, "Tahan kak tahan. Kita pasti bisa."
Kalila menghela nafas kemudian hanya menggelengkan kepalanya.
Pada akhirnya Jeno tidak bekerja hari itu.
Percobaan dulu.. kalo menurut kalian bagus aku lanjutin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Find Your Home (✓)
RomanceApa arti rumah yang sebenarnya? Jeno tidak tahu. Dulu Jeno mempunyai 'rumah' yang begitu hangat yang hanya diisi oleh kebahagiaan dan tawa. Namun rumah itu hilang dalam sekejap. Menghancurkan hatinya bahkan dunianya kini tidak seindah dulu. Jeno keh...