Apa arti rumah yang sebenarnya?
Jeno tidak tahu.
Dulu Jeno mempunyai 'rumah' yang begitu hangat yang hanya diisi oleh kebahagiaan dan tawa.
Namun rumah itu hilang dalam sekejap. Menghancurkan hatinya bahkan dunianya kini tidak seindah dulu.
Jeno keh...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tadinya Jeno tidur bersama Jisung, namun saat bocah lelaki itu sudah tidur nyenyak, diam-diam Jeno pindah ke kamar Kalila. Jeno sengaja menunggu moment ini.
"L-lo ngapain disini?"
"Di sana banyak nyamuk."
"A-apa bedanya? Disini juga sama!"
Jeno menghiraukan Kalila, ia malah membawa Kalila agar tidur di lengannya.
Jantung Kalila kembali berpacu sangat kencang. Padahal ia masih mencoba menetralisir jantungnya karena masih mengingat ciuman pertamanya tadi bersama Jeno.
"Gue bisa denger."
"Hng?"
"Detak jantung lo. Kedengeran sampe sini." Ujar Jeno dengan mata yang tertutup.
Kalila langsung berusaha menjauhi Jeno, "D-detak jantung apaan!!"
Namun Jeno menahannya, dan semakin mempererat pelukannya. Ia kemudian membawa sebelah tangan Kalila agar merasakan juga detak jantungnya, "Gue juga sama, Haru."
"Jantung gue udah gak bisa tenang lagi tiap sama lo."
Kalila sudah melebur mungkin sebentar lagi ia bisa serangan jantung karena jantungnya benar-benar berpacu sangat cepat.
"Haru."
"A-apa?"
"Tadi itu ciuman pertama gue."
Atau bukan ya? Sebelumnya Lia lebih dulu mendaratkan bibirnya di bibir Jeno. Tapi bukankah itu tidak bisa disebut ciuman pertama? Jeno bahkan tidak merasakan apapun, sebaliknya ia malah merasa marah dan kecewa pada Lia. Jadi Jeno akan menganggap ciuman pertamanya bersama Kalila malam tadi.
".... Gue juga."
"Iya juga ya? Lo mana pernah ciuman, yang ada cowok kabur duluan liat lo."
Kalila menengadah menatap Jeno kesal. Lelaki itu tersenyum, tangannya terulur untuk mengusap-usap lembut bibir Kalila, "Gimana rasanya?"
"Hmmm.. Enak. Kayak Jelly."
Jeno tertawa sangat puas. Takjub dengan jawaban Kalila, apalagi pipinya yang bersemu merah saat mengatakan itu.
"Haru sumpah gue gak tau kalo lo ternyata bisa selucu ini."
Kalila langsung memukul dada Jeno, "Sekali lagi lo bilang gue lucu, mati aja lo sana!"
Jeno menggenggam tangan Kalila, "Tapi, sejak kapan lo suka gue?"