[7] Vaksin

1.1K 195 21
                                    

Setelah berdebat cukup lama perihal dengan siapa Alea harus pergi untuk Vaksin, akhirnya keduanya dengan terpaksa pergi bersama karena Alea menangis kesal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah berdebat cukup lama perihal dengan siapa Alea harus pergi untuk Vaksin, akhirnya keduanya dengan terpaksa pergi bersama karena Alea menangis kesal.

"Kenapa duduk di belakang? Gue bukan sopir lo!" Protes Jeno saat Kalila membuka pintu belakang mobil.

Kalila mengabaikan dan langsung duduk di sana.

"Gue ogah deket sama lo. Lagian lo mau dikira kita pasangan?! Gue sih ogah banget!"

Jeno mau protes lagi tapi perkataan Kalila benar juga.

Dari kaca dashboard mobilnya, Jeno bisa melihat gadis itu kesusahan saat mendudukkan Alea. Jeno menghela nafas kemudian keluar dari mobil untuk membantu Alea.

Dengan telaten ia mendudukkan Alea di jok bayi yang memang dibuat khusus Alea, "Aleee, hari ini kita vaksin ya? Naik mobil, ngengg, ngengg, let's go?"

"JO!" Alea menjawab dengan antusias.

Jeno tersenyum kemudian mencubit pipi tembam nya, Jeno sempat melirik menatap Kalila dan melihat gadis itu belum memasang sabuk pengamannya.

Sebelah kaki Jeno masuk sedikit, dan ia mencondongkan badannya agar sampai di dekat Kalila.

"Gue bisa sendiri."

Srekk.

Jeno menutup jendela mobil yang memang terbuka.

"Emang harus sendiri. Lo mau gue pasangin gitu? Gue sih ogah!"

Kalila berdecih, dasar cowok kurang ajar.

Hanya butuh waktu 15 menit untuk sampai di dokter anak, tempat biasa Alea di periksa. Selama perjalanan keduanya tidak berbicara. Satu-satunya yang membuat Jeno senang selama perjalanan yaitu karena Alea yang tidak berhenti berceloteh tidak jelas sendiri. Alea memang selalu kegirangan jika diajak keluar.

Jeno lebih dulu keluar mobil, jadi ia lebih dulu menggendong Alea. Kalila hanya mengikutinya dari belakang.

Di pikir-pikir berani juga Kalila tadi kekeuh untuk membawa Alea bersamanya. Padahal ia tidak tahu dimana tempatnya, apa yang harus ia lakukan saat sudah sampai, dan bagaimana caranya bisa sampai ke dokter anak.

Habisnya, ia hanya tidak mau kalah dari Jeno.

"Halo, Pak Jeno. Sudah lama ya?"

"Iya dok, hari ini Alea jadwalnya vaksin."

Dokter itu menyapa Alea, kemudian menyuruh Jeno untuk membawanya ke ruangan.

Alea sudah menangis saat baru memasuki ruangan. Dan dengan tenang Jeno terus menenangkannya.

Saat dokter mulai menyuntikkan jarum di lengannya, Alea semakin menangis histeris, "It's okay Ale. Je disini, hmm?"

"Alea anak pinter. Hari ini juga berhasil di vaksin sama dokter ya?" Dokter ikut menenangkan.

Find Your Home (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang