"Kak Lia? Kenapa belum tidur?"
Sekitar pukul 10 malam hari Kalila keluar dari kamarnya karena merasa haus. Dan ia malah menemukan Lia sedang minum sendirian di meja makan.
"Kok minum sendiri kak? Kenapa?"
Lia menggeleng sambil tersenyum, "It's okay. Gue cuma pengen minum aja, Kal."
"Harusnya ajak gue dong, kak. Kenapa minum sendiri gini?" Kalila duduk di depan Lia setelah mengambil 1 kaleng bir di kulkas.
Tatapan Lia terlihat kosong, sepertinya ia mempunyai sesuatu di pikirannya.
"Kak Lia, gue mungkin cuma baby sitternya Ale, tapi kalo kakak mau, gue bisa dengerin keluh kesah lo."
Lia kembali tersenyum namun matanya terlihat berkaca-kaca, "Gue cuma lagi kangen, Kal."
"Kangen siapa kak?"
"Papanya Ale."
"Emang Papanya Ale kemana kak? Dia gak pernah hubungin kakak?"
".... Dia udah pergi, Kal. Jauh. Ke tempat yang gak bisa gue gapai."
Kalila sempat tidak mengerti namun beberapa detik kemudian ia mengerti maksud Lia.
"Maaf, kak."
"Gue cuma lagi ngebayangin. Seandainya dia masih ada, apa gue bakal lebih bahagia sekarang? I mean, gue bahagia sekarang. Tapi mungkin bakal lebih bahagia lagi kalo dia ada disini sama Ale."
Tetes air mata mulai turun dari mata Lia. Ia sangat merindukan Jun sampai rasanya dadanya terasa sakit.
Bohong jika Lia bilang ia baik-baik saja selama ini.
Bohong jika Lia bilang ia tidak pernah merindukan Jun.
Karena Lia benar-benar merindukan lelaki itu. Karena Lia sebenarnya rapuh. Ia tidak kuat, sama sekali.
Kalila memegang tangan Lia, "Kalo mau nangis, nangis aja kak. Gue tau sesakit itu rasanya merindukan orang yang bahkan buat ketemu di mimpi aja susah."
Air mata Lia kembali turun dengan deras. Benar, Jun bahkan tidak pernah menemuinya dimimpi. Apa Jun tidak merindukannya sebagaimana Lia merindukannya setiap hari?
"Gue gak bisa bayangin Ale harus gede tanpa seorang Ayah, Kal."
Kalila mengangguk karena ia paling tahu bagaimana rasanya tidak mempunyai seorang Ayah, "Ale punya 2 orang yang bisa dia sebut Ayah, kak. Lo tau kan Jeno sama Haechan sayang banget sama lo dan Ale?"
Lia menghapus air matanya kemudian tertawa kecil, "Lo bener. Jeno sama Haechan segalanya buat Ale. Ale bahkan lebih deket sama Jeno daripada sama gue."
"Lo tau? Dulu kata pertama yang bisa Ale sebut bukan Mama tapi Jeje. Sebel gak sih?"
Kalila tertawa karena sepertinya Lia sudah tidak terlalu berlarut, "Jeno sedeket itu ya sama Ale, kak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Find Your Home (✓)
RomanceApa arti rumah yang sebenarnya? Jeno tidak tahu. Dulu Jeno mempunyai 'rumah' yang begitu hangat yang hanya diisi oleh kebahagiaan dan tawa. Namun rumah itu hilang dalam sekejap. Menghancurkan hatinya bahkan dunianya kini tidak seindah dulu. Jeno keh...