[27] Haechan

857 160 12
                                    

"Chan? Buka dong, ayo lo makan dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Chan? Buka dong, ayo lo makan dulu."

"Iya Chan lo gak makan apapun dari semalem."

Jeno, Kalila, Lia dan Mark sedang berada di depan pintu kamar Haechan. Berusaha membujuknya untuk keluar dengan perasaan khawatir.

Haechan pasti terpukul saat ini. Kemarin malam ia mengalami kecelakaan saat sedang dalam perjalanan pulang setelah latihan.

Sebagai seorang atlet basket yang masuk tim profesional, tentu saja tubuh Haechan adalah segalanya. Ia harus menjaganya dengan baik, apalagi kaki dan tangannya. Bagaimana Haechan bisa mendribble bola saat tangannya patah?

Ya, kecelakaan yang ia alami tidak terlalu parah. Namun ia melukai tangannya. Sebelah tangannya patah dan Haechan langsung terpukul begitu mengetahui itu. Beberapa minggu lagi akan ada pertandingan penting, Haechan sudah berlatih keras agar membawa piala kemenangan. Namun apa artinya jika sekarang ia malah membuat tangannya terluka. Tidak mungkin juga tangannya sembuh dengan waktu kurang dari seminggu.

Mark sebagai sesama atlet, paling mengerti bagaimana perasaan Haechan sekarang. Terlebih Haechan adalah kapten sekaligus ace untuk timnya.

"Buat saat ini kayaknya kita biarin dulu aja deh, mungkin Haechan lagi butuh waktu." Saran Mark. Yang di turuti oleh semuanya.

Untungnya keesokan harinya Haechan keluar dari kamarnya.

Jika kalian belum tahu, Haechan itu orang yang sangat ceria, ia tidak pernah menunjukkan kesedihannya pada siapapun, sekalipun itu Lia.

Jadi pada saat ia keluar dari kamarnya, ia berusaha untuk terlihat baik-baik saja. Ia tersenyum, ia juga bercanda seperti biasanya, yang membuat semua orang justru merasa lebih khawatir padanya.

"Gak usah khawatir, gue pasti sembuh." Ujarnya diakhiri dengan senyum.

"Sorry ya, Mark. Kayaknya buat pertandingan minggu depan gue gak bisa ikut dulu. Gue bisa andelin lo kan?"

Mark mengangguk, "Lo gak usah khawatir. Gue bakal bawain piala buat lo."

"Harus dong. Kalo ngga lo mampus di tangan gue."

Mark tertawa kecil sambil menganggukkan kepalanya.

"Chan, lo gak mau hubungin bokap lo?" Lia menatap Haechan khawatir.

"Gak usah, Li. Kalo gue bilang yang ada gue bakal langsung ditarik pulang."

Lia menatapnya nanar apalagi setelah melihat tangan Haechan yang di gips. Lia yang paling tahu bagaimana sedari kecil Haechan menyukai basket, Lia juga ingat saat pertama kali Haechan membawa piala kemenangan pertamanya. Lia tahu bagaimana perjuangan Haechan untuk bisa sampai di titik ini.

Tiba-tiba ia merasa emosional, dan tidak bisa menahan air matanya saat melihat Haechan berusaha terlihat baik-baik saja.

"Astagaa, lo kenapa nangis, Li?"

Find Your Home (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang