Keesokan paginya, Nathan berencana ingin menjemput Manda, untuk berangkat ke sekolah bersama. Ia tadi malam sudah meminta alamat rumah Manda ke Angga. Dan dengan senang, Angga langsung memberitahu kepada Nathan. Angga berpikir mungkin Nathan akan PDKT dengan Manda, padahal sudah pacaran. Nathan berpikir 2 kali sebelum bertanya pada Angga, karena pada dasarnya sifatnya saja sudah seperti itu. Pasti Nathan akan diejek saat ke tongkrongan BH. Apalagi Angga ember. Sudahlah, itu bisa dipikir nanti, yang penting rencananya untuk menjemput Manda berjalan dengan lancar.
Nathan sengaja membawa motor, karena dia tidak berangkat bersama Natasha. Natasha hari ini dijemput oleh Arika dan Mutiara. Nathan sekalian ingin menjelaskan kesalahpahaman mereka kemarin, juga ingin menanyakan tentang yang di rooftop. Nathan tidak akan egois karena itu akan merusak hubungan mereka.
Nathan menuruni tangga dengan santai, sampai di ruang tamu, ia melihat mamanya sedang berbicara dengan seorang perempuan. Nathan mengernyitkan dahinya. Ia penasaran akhirnya menghampiri mereka.
"Athan? Ini nak Amel, dia yang rumahnya depan rumah nenek. Kamu pasti sudah kenal dengan dia, soalnya nak Amel bilang kamu sama Acha pernah ketemu pas di rumah nenek," ujar Nazwa panjang lebar.
Nathan lantas melihat Amel. Amel yang ditatap Nathan langsung tersenyum manis.
"Iya, ma, aku udah kenal." Sahut Nathan.
"Oh iya, kalau dalam pikiran kamu bertanya kenapa nak Amel di sini? Karena dia nggak tau letak sekolahnya, jadi dia ingin bersama kamu," ujar Nazwa lagi.
Nathan mengernyitkan dahinya tanda bingung. Harusnya kalau mau masuk sekolah di SMA GARUDA udah tau, dong, di mana lokasinya? Kok malah mau nebeng gue, sih, mana Acha udah berangkat. Pikir Nathan.
"Gimana, Athan? Kamu nggak keberatan, kan?" Tanya Nazwa seraya tersenyum.
"Em, tapi nanti aku mau jemput temen aku, ma. Pake motor. Jadi nggak bisa bawa Amel," jawab Nathan. Dalam hati ia berucap, semoga si Amel sadar.
"Loh, tapi nak Amel udah jauh-jauh ke sini. Kamu nggak kasian?" Tanya Nazwa lagi.
"Ya terus mau gimana lagi, ma? Masa aku bawa mobil? Nggak boleh, ma, bukan muhrim." Elak Nathan.
Nazwa terdiam sejenak, benar juga. Tapi, kalau pun pakai motor juga berdua, tetap tidak boleh. Hm, ia bimbang. Tapi, seenggaknya kalau pakai motor bisa terlihat oleh orang lain. Jadi tidak berduaan saja.
"Yasudah, kamu bawa motor aja. Temen kamu biar bareng yang lain. Kalau pakai motor seenggaknya kelihatan sama orang lain, jadi nggak berdua aja. Gimana?" Nazwa berucap seolah-olah menemukan solusinya. Padahal, menurut Nathan ini akan memperkeruh keadaan.
Amel tersenyum, "Aku ngikut aja, tante. Kalau Nathannya nggak mau nebengin juga nggak apa-apa. Nanti aku minta alamat aja ke Nathan."
"Tuh, kan, ma. Amel nggak apa-apa kalau aku nebengin temen aku. Udah gitu aja, ma." Sahut Nathan.
"Tapi tetep aja, mama kasian sama nak Amel. Udah, ya, Athan. Kamu bareng nak Amel aja, nanti kamu bilang ke temen kamu kalau kamu nggak jadi barengin dia. Kamu nggak kasihan sama nak Amel yang udah nunggu kamu dari tadi di sini? Masa iya malah kamu tinggal," cerocos Nazwa panjang lebar.
"Ck! Yaudah, lah, ayo!" Kesal Nathan lalu berjalan terlebih dahulu keluar rumah.
"ATHAN, NGGAK BOLEH BERDECAK SAMA ORANG TUA!" Teriak Nazwa. Mama si kembar itu menggelengkan kepalanya melihat kelakuan anaknya.
"Ehm, kalau begitu Amel pergi dulu, ya, tante. Maaf ngerepotin pagi-pagi," ucap Amel.
"Iya, nak Amel, nggak apa-apa. Hati-hati, ya," pesan Nazwa.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Twins and Friends
Ficção Adolescente[ON GOING] Menceritakan tentang Nathan dan Natasha, dua anak kembar tak identik. Hari-harinya mereka habiskan hanya untuk berdebat hal-hal yang sepele. Ketika masuk SMA, mereka berdua dipertemukan dengan 4 orang yang kini mereka sebut dengan sahabat...