TIGA PULUH DELAPAN

129 18 0
                                    

Arya tiba-tiba berdiri dari duduknya membuat Amel refleks mendongak. Amel mengerutkan kening, bingung dengan sikap Arya.

"Mau ke mana?"

"Toilet."

"Oh, yaudah sana."

Arya berjalan santai menuju toilet. Ia masuk ke dalam dan langsung melakukan ritual buang air kecil. Tak lupa ia mencuci tangannya di wastafel setelah selesai. Lalu ia keluar dari kamar mandi.

Saat ingin menuju mejanya bersama Amel tadi, Arya melihat Manda tengah berbincang dengan seorang laki-laki. Arya mengernyit, seperti tahu siapa laki-laki itu. Arya ingin mencari tahu, tetapi, ia takut kalau ketahuan. Arya ingin mendekat, tetapi, ia takut kalau dicap sok akrab.

Arya menghela napas. Dengan segala kerendahan hati, Arya berjalan pelan menuju mejanya tadi. Hatinya sakit ketika melihat Manda tertawa dengan laki-laki lain. Ia juga ingin berada di sisi Manda dan membuat perempuan itu tertawa, tetapi, apakah bisa?

Pantas saja Amel tidak membalas pesannya, ternyata dia sedang dengan laki-laki lain.

Dengan lesu Arya duduk di kursinya. Amel yang tengah bermain handphone langsung mendongak dan menaruh handphonenya. Amel menumpuk kedua tangannya di meja.

"Lo kenapa, sih? Kesurupan jin toilet, ya?" duga Amel.

Arya menatap Amel tajam. "Apaan, sih, lo! Mana ada jin toilet."

"Ada, buktinya lo kena."

Arya mendengus keras. Ia meminum es tehnya dengan sekali tegukan. Lantas meletakkan gelasnya di meja dengan kasar.

Amel mengelus dadanya karena terkejut. Lantas Amel bergumam. "Beneran kesurupan jin toilet, nih, anak."

"Gue denger."

Amel membelalak. "Emang gue ngomong apa?"

Arya menghendikkan bahunya acuh. Ia mengecek handphonenya sebentar, lalu berdiri dari duduknya. Amel yang melihat Arya berdiri kembali langsung bertanya.

"Mau ke toilet lagi? Lo beneran kesurupan jin toilet, ya? Lo ke toilet mau ngelakuin ritual?" tanya Amel dengan penasaran.

Arya melirik Amel sinis. "Lo ngomong apa, sih? Lo kali yang kesurupan, ngelantur terus dari tadi."

Amel meneguk ludahnya kasar. "Terus ngapain berdiri? Mau ke mana lagi?"

"Pulang."

"Oh," sahut Amel dengan menganggukkan kepalanya. "tapi, lo belum bayar."

Arya yang mulai berjalan berhenti. Ia langsung menoleh ke belakang dan menghela napas kasar. Ia kembali duduk dan mengambil dompetnya. Arya membukanya dan menyerahkan satu lembar uang seratus ribuan. Ia langsung menyerahkan ke Amel.

"Ambil aja kembaliannya," ucap Arya tajam lalu beranjak dari duduknya dan berjalan cepat menuju keluar kafe.

"Ini emang pas, goblok!" umpat Amel ketika tersadar dari lamunannya.

Setelah melihat Manda makan bersama laki-laki lain dan emosi karena kelakukan Amel, Arya kembali mendapati Manda tengah berbincang dengan laki-laki itu. Posisinya sekarang Arya tengah berada di dalam mobil.

Arya memukul stirnya dengan keras untuk meluapkan amarahnya. Napasnya tak stabil seperti seseorang yang sedang berlari.

Dari dalam mobilnya, Arya dapat melihat Manda naik ke motor laki-laki itu. Dengan mata menyipit, Arya memperhatikan motor itu dengan seksama. Sekali lagi, Arya menghela napas dan menghempaskan badannya ke sandaran mobilnya dengan kasar.

The Twins and FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang