LIMA PULUH TIGA

62 12 2
                                    

Di perjalanan pulang, Nathan maupun Natasha tak mengeluarkan suara apapun. Bahkan Natasha menjaga jarak duduknya dengan kembarannya itu. Ia sengaja menaruh tasnya berada di depannya, meski sudah ada tas Nathan yang menghalangi juga, ia tetap merasa kurang.

Sampai di rumah, mereka masuk ke dalam dengan raut wajah yang berbeda. Nathan yang seperti menahan emosi, dan Natasha yang terlihat bingung.

Nazwa menyadari dan langsung menyuruh keduanya untuk makan siang. Ibu dua anak itu menarik kursi makan untuk dirinya sendiri dan mulai bertanya kepada anaknya.

"Gimana ulangan hari pertama kalian? Mukanya keliatan capek banget," celetuk Nazwa.

Nathan berdehem, Natasha melirik ke arah kembarannya itu sebentar dan menjawab pertanyaan ibunya.

"Gak se-easy yang Acha bayangin, Ma."

"Wah, kalo kamu, Than? Gimana? Sulit? Harusnya, sih, enggak, ya, Cha..." gurau Nazwa terkekeh pelan. Mau tak mau, Natasha ikut terkekeh, meski agak kaku.

"Oh iya, kalian langsung makan aja, ya. Ganti bajunya nanti aja. Mama kasian liat muka capek kalian, pasti laper, ya?" Nazwa langsung menyendokkan nasi ke dalam piring kedua anaknya.

"Em, iya, Ma," jawab Natasha kikuk.

Nazwa tersenyum, "Athan, kok diem aja? Kamu masih kepikiran soal ulangan tadi? Jangan terlalu dipikirin, Mama yakin pasti kamu dapat nilai yang bagus. Begitu pula Acha. Iya, kan? Harus yakin dong!"

Nathan hanya mengangguk lalu mulai menyendokkan makanan ke mulutnya.

"Mama gak makan?" Tanya Natasha di sela mengunyahnya.

Nazwa memangku dagunya lalu menggeleng, "Enggak, Mama mau liatin kalian aja. Nanti Mama mau makan bareng Papa aja."

"Uhh, Mama udah kena virus bucin, nih, kayaknya." Natasha tertawa.

"Loh, kamu baru tau? Dari dulu udah bucin kali, Cha, kamu gak tau aja."

Natasha kembali tertawa karena perkataan mamanya. Ia sampai tak sengaja menyenggol lelaki yang sedari tadi hanya diam di sampingnya. Nathan langsung melirik sinis ke arah Natasha. Laki-laki itu lalu meneguk air minumnya dan pergi ke kamarnya.

Natasha mengerjap-ngerjapkan matanya. Laki-laki itu sangat sensitif siang ini.

Nazwa menurunkan tangannya dari dagunya, "Kembaran kamu kenapa, Cha? Ada masalah yang lebih rumit dari ngerjain ulangan tadi? Apa soal Matematikanya tadi emang rumit?"

"Kayaknya, sih, iya, Ma. Nathan, kan, baperan, jadi mungkin masih kepikiran sampe sekarang."

Nazwa pun menganggukkan kepalanya ringan. Kemudian dering handphone ibu dua anak itu berbunyi. Setelah dicek, ternyata dari suaminya, senyum lebar langsung tercetak di bibirnya.

"Papa kamu telfon, Mama tinggal sebentar, ya."

Natasha menatap kepergian mamanya dengan senyum geli di bibirnya. Lalu ia melanjutkan kegiatan makan siangnya. Setelah selesai, ia langsung menuju kamar, saat melewati kamar Nathan, ia mendengar laki-laki itu terus mengumpat. Kayaknya main game, batin Natasha.

"Nanti aja, deh, nanyanya."

---

"Hoam," Mutiara bolak-balik menguap karena ngantuk. Tetapi matanya tetap ia paksakan untuk terbuka lebar.

Gadis itu tengkurap di sofa ruang tamu dengan memangku dagu. Di bawahnya sudah ada buku yang ia buka lebar-lebar. Tak lupa lampu ruang tamu yang sangat terang benderang.

The Twins and FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang