Sarapan di kediaman keluarga Gabriella tampak hening. Sang kepala keluarga, yaitu papa dari si kembar, tampak gelisah dalam duduknya. Nazwa, selaku istrinya, yang menyadari tingkah laku suaminya yang tak biasa pun langsung bertanya.
"Kenapa, Pa? Kok kayak gelisah gitu?" Tanya Nazwa dengan tangan yang mengelus bahu suaminya.
Daniel menghela napas lalu menoleh ke arah istrinya dan mengelus tangan Nazwa yang ada di bahunya. Si kembar yang melihat, lantas bertatap-tatapan. Entah ingin baper atau penasaran dengan sang papa.
"Perusahaan lagi ada masalah. Sekarang lagi dikendaliin sekretaris Papa, Papa gak bisa handle sekarang. Kepala Papa pusing," ucap Daniel lalu melanjutkan makannya.
Semuanya terdiam. Tiba-tiba Nathan membalas, "Dari kapan, Pa?"
Daniel mendongak, "Kemarin."
"Pantes Papa gak pakai kemeja," celetuk Natasha.
"Setelah perusahaan Papa kerjasama bareng perusahaan Kakek Arya?"
Natasha menoleh ke arah kembarannya dan mengernyit. Ia membatin, Kakek Arya kerjasama bareng Papa? Wow.
"Belum pasti, Nathan. Papa sama yang lain belum bisa memprediksi. Takut nanti jatuhnya fitnah. Itu sama aja kayak Papa matiin perusahaan lain." Daniel mengurut keningnya yang agak pening. Nazwa yang peka langsung membantu mengurut kening sang suami.
Hening kembali. Kemudian Nazwa menyuruh kedua anaknya untuk berangkat sekolah. Nazwa ke depan bersama Natasha, sedangkan Nathan masih salim kepada papanya.
"Nanti pulang sekolah Nathan ke kantor."
"Gak usah, kamu belajar aja yang rajin. Papa gak mau kamu pusing mikir ini. Masalah ini biar jadi urusan Papa sama orang kantor."
"Tapi ak-"
"Gak ada tapi-tapi, Nathan, sana berangkat. Nanti kamu telat."
Nathan menghembuskan napas kesal lalu berjalan keluar rumah untuk berangkat sekolah bersama Natasha. Ngomong-ngomong soal Natasha, untungnya kembarannya itu tak marah karena ia tinggal mengantar Manda. Lagipula ia sudah bilang pada Bayu.
"Yok, berangkat," ucap Natasha dengan memeluk Nathan erat.
"Acha! Apa-apaan, sih, lepasin!"
"Udahlah, Athan diem aja. Buruan jalan, nanti telat."
"Gimana mau jalanin, lo aja peluk gue kenceng banget. Gue gak bisa gerak."
"Halah, alasan."
Nathan menghela napas pasrah dan mulai menjalankan motornya, meski agak sedikit kesusahan. Kembarannya itu memang keras kepala. Untung Nathan masih sabar.
Sampai di sekolah, mereka berdua menjadi bahan perhatian murid-murid yang lewat parkiran. Tetapi mereka tak acuh, toh mereka saudara. Jadi tak apa-apa.
Dari jauh, Manda melihat interaksi mereka berdua. Ia tersenyum, ia kira Nathan boncengan dengan orang lain, ternyata dengan kembarannya. Ia baru saja ingin cemburu.
Tak lama, Natasha pergi dari hadapan Nathan dan Nathan masih duduk di atas motornya dengan memainkan handphone. Dari jauh, Manda masih memandang kekasihnya itu. Nathan tampak memainkan rambutnya. Itu semua membuat Manda terkikik geli. Ah, sejak kapan ia jadi bucin seperti ini.
Saat Nathan sedang asyik dengan handphonenya, tiba-tiba ia dihampiri seseorang. Nathan mendongak lantas berdecak pelan. Perempuan yang menghampirinya ini benar-benar merusak moodnya.
Nathan beranjak, saat ingin pergi. Perempuan tadi mencekal pergelangan tangan Nathan. Sejenak Nathan terdiam, sebelum melepaskan cekalan itu.
Nathan bersidekap dada, matanya tajam menghunus mata lawannya, "Langsung tho the point, lo mau apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Twins and Friends
Ficção Adolescente[ON GOING] Menceritakan tentang Nathan dan Natasha, dua anak kembar tak identik. Hari-harinya mereka habiskan hanya untuk berdebat hal-hal yang sepele. Ketika masuk SMA, mereka berdua dipertemukan dengan 4 orang yang kini mereka sebut dengan sahabat...