EMPAT PULUH LIMA

120 18 2
                                    

♬ ♪Runtuh - Feby Putri ft. Fiersa Besari♬ ♪

---

Makan malam di kediaman Pramudya kali ini sangat berbeda. Di ruang makan hanya tersisa Abraham dan sang cucu, Arya. Nenek Arya sudah masuk ke dalam kamar untuk istirahat karena badannya yang masih belum stabil.

Arya sibuk memainkan handphonenya sedangkan sang kakek sibuk membaca koran. Suasana yang hening membuat Arya tak nyaman berlama-lama di sana.

Saat ingin beranjak pergi, Abraham menghentikan. "Kalau di kamar hanya untuk bermain handphone saja, lebih baik kamu di sini. Kakek mau bicara."

Arya kembali duduk, "Ngomong apa?"

"Ini hanya rahasia kita, Arya. Jangan sampai kamu membocorkan pada orang lain, atau kamu akan menerima konsekuensinya."

"Ya."

Kemudian mengalirlah pembicaraan antar kakek dan cucu itu. Abraham tampak santai dalam berkata. Sedangkan Arya terlihat terkejut dengan ucapan sang kakek.

Suasana seketika berubah panas. Arya berkeringat entah karena apa. Keningnya mengerut. Kedua tangannya mengepal.

"Apa maksud Kakek bilang gitu? Kakek main-main sama sesuatu yang penting?"

"Ini tidak penting kalau kita bisa melakukannya, Arya. Hanya masalah sepele. Kakek tau kita pasti bisa kalau bekerja sama. Demi keuntungan yang luar biasa."

"Sepele Kakek bilang? Suatu masalah jadi gak sepele kalo udah nyangkut kematian seseorang!" Teriakan Arya menggema.

Abraham mengubah tatapannya menjadi datar, "Pelankan suaramu."

Arya menghela napas gusar. "Apa Kakek gak mikir gimana akhirnya nanti? Kenapa Kakek sering berpikir untuk keuntungan di awal aja?"

"Semua sudah Kakek rencanakan dengan matang. Mau tidak mau, kamu harus menurut. Anak buah Kakek sebagian akan menjalankan rencana ini. Kamu juga harus bersiap, Arya."

"Kalau Arya tidak mau?"

Abraham tersenyum seram, "Siap menerima konsekuensi yang Kakek berikan."

"Ingat, Arya. Kakek yang sudah membesarkanmu dari kecil. Menyekolahkanmu sampai kamu menjadi pandai seperti ini. Apa kamu yakin akan mengecewakan Kakek?"

Arya terdiam. Ia kalah untuk yang satu ini. Memang, ia bisa berada di sini karena sang kakek. Tapi, untuk rencana ini, apa ia bisa?

Arya menatap kakeknya sebentar, lalu berbalik badan dan berjalan cepat menuju kamarnya. Abraham lalu berbicara tegas, "Kakek tunggu jawabanmu besok, cucuku."

Arya tak menjawab dan terus berjalan cepat. Saat sampai di kamar, ia menutup pintu dan duduk di kasur. Pikirannya tak karuan. Ia meremas rambutnya kesal dan memekik pelan.

Kemudian sesuatu hinggap di otaknya dan langsung membuat Arya mengambil handphone, ia menghubungi seseorang yang merencanakan sesuatu bersamanya tadi.

"Gue ada rencana baru."

"Apa? Ganggu aja lo malem-malem gini."

Arya menghela napas dan berkata tentang rencananya. Kemudian seseorang di sebelah sana memekik kaget. Tetapi akhirnya menyetujui. Arya kemudian menutup telepon dan melempar asal handphonenya di kasur.

Pikirannya berkecamuk. Lansung saja Arya pergi ke kamar mandi dan mengguyur tubuhnya shower. Dinginnya air membuat pikiran Arya sedikit tenang. Tapi tetap tak bisa dihilangkan.

The Twins and FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang