EMPAT PULUH TIGA

103 17 0
                                    

"Kalian udah ijin belum?" Tanya Arika saat mereka bertiga berjalan bersisihan menuju parkiran.

Bel pulang baru saja berbunyi. Dan ketiganya, ralat bersama Alvin, akan pergi untuk menjemput hadiah lomba kemarin.

Natasha dan Mutiara kompak mengangguk. Lalu Natasha menjawab,  "Udah, kok. Tadi malam abis diskusi sama kalian, gue langsung ijin."

"Oke, deh. Langsung ke sana aja, ya?" Tanya Arika yang langsung direspon anggukan oleh keduanya.

"Si Alpin gimana?"

"Gue jadiin supir," cengir Arika tak berdosa.

"Yeu, terus dianya ke mana? Udah sore, nih," kesal Mutiara.

Arika menolah-noleh di dekat mobilnya, "Tadi, sih, katanya mau ke kantin. Kayak gak tau dia aja lo pada."

10 menit ketiga perempuan itu mengobrol, akhirnya datang juga batang hidung Alvin. Arika berdecak kesal, bersiap-siap akan memberi ceramah pada laki-laki itu.

"Lo di kantin ngapain aja, sih? Semua ibu kantin lo ajakin ngobrol apa gimana?" Tanya Arika kesal.

Sedangkan Alvin dengan tak berdosanya menyedot es teh tanpa mempedulikan pertanyaan Arika. Arika mendengus, tatapannya kemudian beralih kees teh yang dipegang oleh Alvin. Tanpa aba-aba, Arika merebutnya.

Setelahnya Arika duduk di kursi yang ada di dekatnya, lalu membalik sedotannya, dan langsung meminum es teh tersebut. Natasha, Mutiara, dan Alvin dibuat terkejut dengan perilaku nekat Arika.

"Ihh, lo gak jijik apa, Rik?" Tanya Natasha dengan bergidik.

"Ngapain jijik? Udah gue balik, kok," jawab Arika polos.

"Ck! Sama aja kali. Kalo lo balik, berarti air liurnya Alpin kecampur sama minumannya," timpal Mutiara.

Arika mengerjapkan matanya polos sembari menatap es teh dalam plastik yang ada digenggamannya. Sedetik kemudian ia berteriak.

"IHH, JOROK!"

Mutiara memutar bolanya malas, "Coba lo berdiri, lurusin dulu kaki lo. Kasian otak lo yang di dengkul ketekuk, jadi gak bisa mikir, kan?"

---

"Gue mau ngomong."

Si empu berbalik, "Apa?"

"Kenapa lo jarang ngumpul sama gue dan Alpin? Kalo gue ajak ke tongkrongan BH lo juga sering nolak," Nathan menjeda ucapannya. "kalo ada masalah, tuh, bilang. Jangan ngilang."

"Lo bukan cewek, Ar," lanjutnya.

"Itu aja?"

Nathan mengangguk.

Arya menghela napas sebelum menjawab, "Gue kalo hari Minggu hampir full buat ibadah. Nenek gue punya serangan jantung yang bisa kapan aja kambuh."

"Gue sekarang gak bisa sebebas itu, kalo lo mau tau."

"Tapi kemarin gue liat lo di mal. Lo lagi ngapain?"

Arya terdiam sejenak sebelum menjawab, "Beliin sesuatu buat Nenek gue."

"Oh. Semoga Nenek lo cepet sembuh. Lain kali gue jenguk bareng Alpin."

Arya mengangguk, "Gak bakal sembuh, tapi thank's."

"Mau pulang bareng?"

The Twins and FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang