LIMA PULUH LIMA

67 13 3
                                    

Tak disangka PAT telah selesai. Si twins dan kawan-kawan lega karena berhasil melewati masa-masa menegangkan itu. Sembari menunggu pengumuman kenaikan kelas yang akan muncul 1 minggu lagi, mereka berenam memutuskan untuk piknik di pantai.

Acara piknik ini adalah usul dari Nathan. Cowok itu bilang, ia ingin refreshing karena otaknya sangat penat sehabis PAT, juga untuk merayakan karena dirinya telah sembuh.

Pukul 07.00 pagi, mereka sudah berkumpul di rumah Nathan dan Natasha. Mereka berangkat agak pagi agar bisa lebih lama menikmati hawa pantai. Mereka memilih menaiki motor saja, agar cepat sampai. Lagipula bawaan mereka tak banyak.

Nathan dengan Natasha. Arika dengan Alvin. Dan Mutiara sendirian dengan jok belakang yang terisi keranjang ayam. Entah apa motivasi gadis penyuka ayam itu sampai-sampai membawa ayam kesayangannya. Sedangkan Arya berkata akan menyusul.

"Lo pada duluan aja, gue mau berak dulu. Sumpah gak tahan," tanpa menunggu persetujuan dari yang lain, Nathan buru-buru masuk ke dalam rumah lagi. Padahal cowok itu sudah berpakaian rapi.

"Berengsek si Nathan. Tinggal berangkat aja pakek alasan mau berak," kesal Alvin.

"Gak apa-apa, kita duluan aja," sahut Arika.

"Yah, jadinya kita gak bareng, dong?" Natasha melengkungkan bibir ke bawah.

Mutiara menepuk-nepuk pundak Natasha, "Sabar aja, Nat, gue gak bisa bonceng lo. Gue bawa Pom-pom soalnya."

Natasha menepis tangan Mutiara, "Lagian lo ngapain, sih, pakek bawa ayam segala? Lo kira ayam bisa berenang?"

"Hayo, lho, Muti. Entar kalo ayam lo gosong gimana, gara-gara kepanasan?" Arika memanasi.

"Sekalian dibikin ayam goreng aja, terus kita santap," Alvin berkata dengan santai.

Mutiara memicingkan matanya, "Kalian gak tahu aja kalo si Pom-pom udah gue kasih sunblock sekalian sunscreennya."

"Heh!" Arika memelototkan matanya, "lo kira kulit ayam sama kayak kulit manusia?"

"Gue udah googling, Rik, gue gak mungkin berbuat semena-mena sama ayam, kalian aja yang tega sama dia," kesal Mutiara.

Natasha memutar bola matanya malas, "Udahlah, kalian berangkat aja. Nathan bentar lagi juga selesai."

"Oke, bye-bye! Jangan nangis, ya, kita tinggal." Arika lantas menertawakan ucapannya.

Setelah menatap kepergian mereka, Natasha lantas duduk di kursi yang ada di teras.

"Ini Athan ngapain aja, sih? Berak doang kok sampek lima jam." Natasha sedikit-sedikit melihat jam. Padahal Nathan baru berak 5 menit, sudah dikatakan 5 jam. Bilang saja kalau memang tidak sabar ingin ke pantai.

Lima menit kemudian, Nathan keluar, tetapi cowok itu keluar rumah dengan menggendong tas sekolah. Natasha mengernyit heran.

"Lo ngapain bawa tas sekolah? Emang tas lo yang tadi gak muat buat bawa keperluannya? Lagian sebagian dibawa sama Arika."

Nathan menatap kembarannya, lalu lidahnya membasahi bibirnya, "Bukan gitu. Ini gue mau ke sekolah. Gue lupa kalo belum ngerjain ujian susulan."

Dengan tak berdosanya, laki-laki itu malah menyengir di hadapan Natasha.

"Apa?!" Natasha memekik. Wajahnya memerah, entah karena marah atau ingin menangis.

"Kemarin-kemarin lo ngapain aja, sih, Anjing! Giliran tiba hari H, lo malah ada kepentingan sendiri. Lain kali itu dipikir dulu sebelum ngajak orang!"

"Sekarang kalo kayak gini gimana?" Natasha berjongkok dan menutup wajahnya.

Nathan melotot dan segera menyuruh kembarannya untuk berdiri, "Cha, jangan nangis. Gue udah punya solusi, kok."

The Twins and FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang