Bab. 12. Comeback

30 8 1
                                    

Niat yang tulus, akan memudahkan langkah kita untuk kembali pada tujuan awal. Seberat atau sesukar apapun rintangan yang menghalangi, semua akan kembali sesuai dengan kehendak-Nya.

~ Seberkas Jejak Santri ~

Karya Serpihan Ilalang

==========♡♡♡♡♡==========

Setelah wisuda ialah waktu yang Zalfa takutkan, harapannya ingin melanjutkan mondoknya masih diambang kepastian. Berbalik dengan keinginan orang tuanya, karena mereka pernah berkata bahwa setelah Zalfa wisuda, saatnya biaya kuliah gantian untuk adiknya. Dan harapan orang tuanya setelah wisuda adalah kerja. Tapi orang tua mana yang tega memutus harapan impian anak-anaknya. Mama Zalfa seakan tau kegundahan yang dirasakan Zalfa.

"Fa, setelah ini kamu mau bagaimana?"

Zalfa bingung mau menjawab. Sejujurnya, Zalfa ragu takut mengecewakan mereka karena tidak sesuai harapan kedua orangtuanya.

"Ma... eu.." Zalfa gugup sambil menunduk dihadapan ibunya.

"Katakanlah nak, ikuti kata hatimu. Kami sebagai orang tua siap menerima keputusanmu. Kami tidak akan memaksa sesuai dengan keinginan kami, bagaimanapun masa depan dan mimpi-mimpimu ada pada genggamanmu. Kami sebagai orang tua hanya bisa mendo'akan dan berusaha untuk membiayai kamu dan adikmu," ucap mama Zalfa dengan penuh ketulusan.

Mendengar ungkapan sang ibu Zalfa langsung menghambur memeluk erat sang ibu. Dia menangis tersedu.

"Maafkan Zalfa ya ma, Zalfa belum bisa menjadi anak yang berbakti dan membahagiakan mama. Zalfa selalu merepotkan kalian," ucap Zalfa masih dalam dekapan ibu.

"Gapapa Fa, jadi?" tanya ibu memastikan.

"Zalfa mau dilanjutkan mondoknya, Fa mau nerusin hafalan al-Qur'annya."

"Baiklah, tugas mama hanya bisa mendo'akanmu Fa. Semoga cita-citamu terwujud menjadi seorang hafidzah," ucap ibu Zalfa sambil mengusap kepala Zalfa. Zalfa menatap sang ibu dan memeluknya kembali dengan erat.

"Makasih ma, do'ain Fa terus. Semoga Fa kuat dan bisa istiqomah sampai khatam."

"Pasti nak, tanpa kamu minta mama selalu mendo'akan yang terbaik buat kalian..."

"Tapi, bagaimana dengan bapak?"

"Bapak pasti memaklumi nak. Percayakan sama mama, biar nanti mama yang bicara sama bapak," ucap ibu menenangkan.

"Makasih banyak ma."

"Sama-sama nak."

"Manja banget peluk-peluk mama..." sambung Rafka.

"Biarin gue kan anak cewek gak kaya lo. Kayak es batu kaku bin dingin!" Rafka langsung melempar bantal yang ada di sofa ke arah Zalfa.

"Hei.. sudah sudah, kalian kalau kumpul selalu aja berantem. Giliran jauh-jauhan mah dikangenin."

"Gak, mana ada kangen," ucap Zalfa dan Rafka kompak.

"Terserah kalian deh, mama mau ke dapur siapin makan malam. Bentar lagi bapak pulang."

"Sono lo ikut, anak cewek harus bantuin masak noh."

"Bawel lo..." tukas Zalfa sambil ngacak-ngacak rambut Rafka dan berlari.

***

Saatnya Zalfa berangkat ke pondok. Dan memulai semangat baru. Dulu memang fikirannya harus di bagi antara pondok dan kuliah. Tapi kali ini ia harus fokus satu. Harus lebih baik dari sebelumnya. Pencapaiannya juga harus lebih dari saat-saat dia kuliah, karena sekarang fokusnya hanya hanya satu yakni hanya mondok.

Seberkas Jejak Santri (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang