Bab 26. Tawaran Mengajar

18 5 2
                                    

Memiliki ilmu itu untuk berbagi walaupun sedikit, dan menjadi pengetahuan untuk diri kita sendiri agar tidak mudah dibodohi orang lain. Bukan untuk menyombongkan, tetapi untuk menghidupkan bangsa ini yang mandul dalam melahirkan generasi berilmu dan bermoral.

~ Seberkas Jejak Santri ~

Karya Serpihan Ilalang

==========♡♡♡♡♡==========

Seorang gadis berdiri di depan gang biasa tempat untuk menunggu kedatangan angkutan umum. Zalfa tidak ingin merepotkan Rafka untuk mengantarnya, selagi ia masih bisa melakukannya sendiri. Ia tidak ingin membebani orang lain.

Transportasi berwarna hijau melaju lambat, berhenti tepat di depan gadis bergamis hitam dengan jilbab ungu yang sedang fokus membaca novel.

"Neng... kemana?" seru supir angkot.

"Eh iya Pak. Mau ke pasar manis." Zalfa langsung bergegas masuk ke dalam angkot hijau.

"Makannya kalau baca jangan terlalu fokus neng," celetuk supir angkot.

"Yey, yang ada membaca ya harus fokus Pak. Kepriwe sih rika," sahut ibu-ibu samping Zalfa.

Pak supir hanya tertawa menanggapi ibu-ibu itu. Zalfa pun hanya tersenyum mengangguk, dan langsung melanjutkan hobinya membaca novel. Selagi ada waktu luang dari pada banyak omong menurut Zalfa.

"Mau belanja apa Mbak ke pasar manis?" tanya salah satu ibu-ibu penumpang angkot. Zalfa langsung menutup bukunya, karena ada yang ngajak bicara ditakutkan tidak sopan.

"He, iya Bu. Mau beli roti aja sih Bu."

"Roti?"

"Iya. Buat jualan di kampus sama di pondok lumayan. Buat nambah uang saku Bu."

"Wah, bagus sekali pemikiranmu Nak. Biasanya kan anak kuliah gengsi buat jualan."

"He, nggak semuanya gitu kok Bu. Mungkin anak orang-orang yang berada, itu juga tidak semuanya seperti itu. Banyak kok dari mahasiswa yang dari anak orang biasa, hanya saja kita beruntung saja bisa kuliah."

"Iya juga sih. Anak saya juga kuliah nak beasiswa kedokteran di Unsud."

"Wah Masya Allah ya Bu. Jarang-jarang anak kedokteran beasiswa. Berarti anak ibu pinter banget nih."

"Alhamdulillah nak, dia juga anaknya rajin."

"Oh iya ya Bu."

"Kamu sendiri semester berapa kuliahnya Nak?"

"Saya sudah wisuda Bu, Alhamdulillah. Tapi saya masih mesantren."

"Oh gitu ya ya. Sambil kerja Mbak? Kebetulan Mbak saya ada TPQ gitu. Sedang membutuhkan guru. Barangkali mau. Nanti setiap awal bulan dapat bisyaroh."

"Oh terima kasih Bu, saya fikirkan dulu. Saya juga masih ada kewajiban mengaji."

"Oh baiklah, jika kamu membutuhkan pekerjaan datanglah ke TPQ saya."

"Baik Bu, terima kasih banyak."

"Pasar manis," ucap sopir angkot.

"Eh iya Pak, Ibu permisi. Saya turun duluan ya Bu."

"Oh iya silahkan. Sukses terus ya Nak."

"Aamiin, terima kasih Bu. Mari..."

"Mari..." ucap beberapa penumpang.

***

"Ibu rotinya. Biasa 100 bungkus ya Bu," ucap Zalfa.

"Iya Mbak ini. Harganya tetap kan Bu?"

Seberkas Jejak Santri (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang