Orang yang baik akan selalu dirindukan dan ditangisi saat kepergian memisahkannya. Berbeda jika orang yang tak diharapkan kehadirannya, pasti mereka selalu menanti kapan waktunya berpisah dan tak lagi bersamanya.
~ Seberkas Jejak Santri ~
Karya Serpihan Ilalang
==========♡♡♡♡♡==========
"Itu... aku 'udzur. Hehe"
"Ya Allah kirain apaan Izzah Izzah. Ya udah gih makan! batalin," ucap Ziyah.
"Iya huhu... bikin penasaran aja, makanya kalau ngomong gak usah lama-lama," celetuk Vega.
"Lagian kalian udah motong aja, belum juga kelar," jawab Izzah.
"Sayang ya Zah tinggal 5 menit lagi," ucap Vega sambil memakai mukenah.
"Heu'euh ya. Ya udahlah, kalau menstruasi bisa di atur sih, aku bisa minta setiap kali aku belum siap setorannya," kelakar Izzah.
"Qodarulloh..." ucap Zalfa.
"Iya ya Mbak Zal... eh udah adzan tuh, yuk Mbak makan," ajak Ziyah.
"Selamat berbuka, kita berangkat duluan ya Mbak-mbak," ucap Naila.
"Sana-sana... aku mau makan," ucap Izzah.
"Akhirnya makannya pas adzan juga bareng yang puasa. Haha," sambung Vega.
"Dari tadi sih kalian ngajak ngomong mulu, dah lah sana berangkat," jawab Izzah.
"Ya iya kita berangkat. Assalamu'alaikum," ucap Uswah langsung keluar kamar diikuti yang lainnya.
"Wa'alaikumussalam Wr wb..." jawab seisi kamar yang tersisa.
***
Bulan baru, di tanggal yang baru. Kini Zalfa sedang mempersiapkan diri untuk berangkat ke SMP N 2 Purwokerto. Ia kembali lagi sebagai pengajar tahfidz, hanya saja kali ini ia memasuki kelas yang berbeda yaitu kelas VII A. Ia berjalan dengan santai, langkah demi langkah ia tapaki disertai dengan wajah ramahnya.
Saat ini Zalfa mengenakan gamis abu-abu kombinasi tosca dengan jilbab senada, dan sepatu flatshoes warna abu-abu. Perlahan ia membuka kenop pintu. Terlihat semua siswa-siswi memperhatikan langkah Zalfa menuju tempat duduk guru yang telah disediakan.
"Assalamu'alaikum..." sapanya, tak lupa dengan senyum yang ia terbitkan.
"Wa'alaikumussalam Buuu," jawab serentak. Zalfa tersenyum mendengar jawaban dari murid-murid, ternyata kelas VII lebih imut-imut sekali dan menggemaskan. Batin Zalfa.
"Baik, panggil Kakak saja ya. Kenalkan nama Kakak Zalfa Sabira Nadhira panggil saja Kak Zalfa ya. Asal Kakak dari Ciamis. Sekarang tinggal di pesantren. Tinggal kalian yah yang perkenalan satu-persatu, cukup sebutkan nama saja. Dimulai dari bangku paling depan silahkan."
"Nama saya Muhammad Musyafa Hilmi..."
"Nama saya Abdul Manaf Farisi..."
"Nama saya Sintya Laura Pratama..."
"Saya Fatimah Auliyaun Nisa..."
"Saya Veronica Lubis Fernanda..."
Zalfa mendengarkan setiap perkenalan dan memahami wajah-wajah murid barunya. Tidak terasa sudah hampir selesai perkenalan masing-masing siswa-siswi kelas VII A.
"Saya Kinan Rafasya Zamzami... sudah Kak, saya terakhir."
"Oh iya baik... sebelumnya kalian sudah pernah setoran kan satu bulan kemarin?" tanya Zalfa memastikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seberkas Jejak Santri (TAMAT)
General FictionZalfa, seorang santri putri sekaligus mahasiswi di salah satu Universitas Islam Negeri di Jawa Tengah. Ia yang begitu gigih dengan impiannya, bersama sahabat ia lalui bersama merangkai mimpi. Meski kendala, penghianatan, tuntutan, menjadi tirai men...