Saat kalian merasa khawatir dengan keadaan, berusahalah untuk bersikap tenang. Pikirkan lagi sesantai mungkin jangan gugup, dengan begitu kamu akan mudah menemukan solusi meski tidak secara langsung terealisasi. Namun setidaknya membuat ketenangan dihatimu. Lalu hembuskanlah nafas perlahan dan tersenyum.
Tawakaltu 'Alallah.~ Seberkas Jejak Santri ~
Karya Serpihan Ilalang
==========♡♡♡♡♡==========
"Apa Kak?"
"Nanti saja deh, lebih baik sekarang setor hafalan dulu saja ya. Mumpung kalian masih pada semangat gimana?"
"Iya Kak siap," ucap beberapa murid.
"Siapa yang mau duluan maju?"
"Saya Kak... saya Kak..." ucap mereka, hampir semua anak kelas. Biasanya Gracia maju hafalan terakhir tapi Zalfa lihat hari ini dia begitu semangat.
"Baik jadi khusus hari ini maju hafalannya tiga-tiga ya berhubung hampir dari kalian sudah siap semua menyetorkan hafalan."
"Iya Kak."
"Sule dan Alex tolong persiapkan kursi 3 ya di depan Kakak."
"Siap Kak," jawab Sulaiman dan Alex secara bersamaan.
"Yah Gracia Aprilia Elisabetz kamu boleh setoran pertama... silahkan maju."
"Wah... perdana nih saya Kak. Aduh deg-degan nih."
"Gak usah lebay deh Pril..." celetuk Sule.
"Iri bilang bos... wle..." sahut Gracia sambil mengejek Sule.
"Sudah... sudah, ayo kamu duduk di samping kanan. Kemudian Bilqist silahkan kamu di tengah dan pinggir sebelah kiri kamu Sulaiman."
Bilqist dan Sulaiman mendekati kursi depan Zalfa menyusul Gracia yang sudah duduk duluan.
"Kenapa sih harus bareng sama si Sule, males banget hih," gerutu Gracia.
"Bilang aja seneng bareng sama babang Sule," celoteh Sulaiman.
"Apaan sih, sory yalaw..." jawab Gracia mencebik.
"Sudah kalau kalian berdebat mulu, kapan mulai setor hafalannya ini."
"Iya tuh yang antri belakang kita panjang banget bro," sergah Gracia.
"Ya lo yang ngajak ribut mulu," sahut Sule nggak mau kalah.
"Sudah?" ucap Zalfa tenang.
Mereka bertiga merasa bersalah, terutama Sulaiman dan Gracia. Mereka menunduk dengan saling senggol ujung siku masing-masing.
"Maaf Kak..." akhirnya Sulaiman membuka ucapan.
"Sudah yah, silahkan Gracia dulu. Setelah itu Bilqist, kemudian di susul kamu ya Sulaiman."
"Baik Kak," ucap mereka bertiga.
Semuanya setoran satu-persatu dengan khidmat. Zalfa menyimak hafalan siswa-siswi kelas IX, yang Zalfa sayangkan mulai senin besok ia sudah tidak bisa membimbing mereka lagi.
Padahal mereka sedang semangat-semangatnya menambah hafalan, namun karena mereka sudah memasuki kelas akhir. Dan harus memfokuskan ujian akhir mereka. Jadi untuk seluruh kelas IX hanya bisa mengikuti program tahfidz selama sebulan saja.
"Sudah semua ya."
"Sudah Kak..."
"Iya, Kakak sangat mengapresiasi kalian. Kalian hebat begitu semangat menyetorkan hafalannya. Satu bulan sudah ya kita bersama. Dan Alhamdulillahnya sudah ada yang khatam juz 30 juga ya. Kalian yang belum tetap semangat ya menghafalnya. Kalau dirumah manfaatkanlah waktu sebaik mungkin, setelah kalian main sempatkan beberapa menit atau bahkan jam untuk membaca dan menghafal al-Qur'an. Jadi jangan karena mau setoran jadi hafalannya mendadak hari minggu malam baru menghafal. Usahakan kalian tetap membaca al-Qur'an yah setiap habis sholat satu ayat tidak apa-apa yang penting istiqomah. Syukur-syukur bisa satu halaman atau bahkan satu juz. Masya Allah dalam satu bulan kalian bisa khatam al-Qur'an."
KAMU SEDANG MEMBACA
Seberkas Jejak Santri (TAMAT)
General FictionZalfa, seorang santri putri sekaligus mahasiswi di salah satu Universitas Islam Negeri di Jawa Tengah. Ia yang begitu gigih dengan impiannya, bersama sahabat ia lalui bersama merangkai mimpi. Meski kendala, penghianatan, tuntutan, menjadi tirai men...