Bab 4. Sepercik Sendu

150 49 90
                                    

Terkadang kita salah mengira siapa yang sebenarnya kawan atau lawan. Dan yang perlu kita pertahankan dari keduanya bukanlah permusuhan melainkan iman.

~ Seberkas Jejak Santri ~

Karya Serpihan Ilalang

==========♡♡♡♡♡==========

Tidak terasa kegiatan KKN akan segera berakhir. Mereka mempersiapkan semua barang-barang yang mereka bawa. Dan menyiapkan aneka makanan dan kreativitas kelompok untuk ditampilkan saat pameran pelepasan KKN berlangsung.

"Hai hai hai... barang-barang jangan sampai ada yang tertinggal ya. Nanti repot kalau mau balik lagi kesini," ucap Widia begitu girang.

"Iya.. insya Allah sudah semua kok," Jawab Zalfa.

"Lusa, lo pulang ke rumah apa ke pondok Fa?"

"Kayaknya ke pondok dulu Wid, nginep semalem paginya langsung pulang ke rumah."

"Hm.. kalo gue langsung ke rumah. Berarti besok gue nitip sebagian barang yang mau gue tinggal di pondok ya."

"Oke Wid... kan kamu ini yang nganterin aku ke pondok. Hehe"

"It's okay..." jawab Widia sambil melingkarkan jari telunjuk dan jempol sebagai tanda setuju.

"Besok yang mau di bawa ke pameran apa aja guys?" sambung Karomah.

"Sudah disiapin kan tadi di kardus, tinggal kita bawa aja besok," timpal Fitri.

"Gak sabar deh, pengen ketemu sama temen-temen kelompok lain," ungkap Dea. Zalfaa hanya tersenyum dan menganggukkan kepala sebagai responnya.

***

Kini tiba acara puncak para peserta KKN, mereka sibuk mempersiapkan kreativitas masing-masing kelompok di meja. Persis seperti barisan penjual di pasar-pasar. Lokasi yang ditentukan oleh pihak kampus itu di lapangan kantor kecamatan Cilongok kabupaten Banyumas.

"Hah.. beres juga, yang jaga kita gantian ya. Berhubung acaranya berlangsung sampai waktu dzuhur, berarti kita gantian 2 jam sekali ya. Untuk jam pertama biar gue sama Rizal ya. Kalian sekarang boleh deh sana jalan-jalan atau jajan ke temen kelompok lain. Soalnya di jam selanjutnya gue sama Rizal sibuk harus laporan dan perwakilan ketua kelompok segala," tutur ketua kelompok, alias Ghani.

"Oke... siap pak," ucap kami serempak, yah begitulah mereka sepakat memanggil Ghani bapak, dianya juga tidak masalah. Dan dari segi usia juga Ghani paling tua diantara temen sekelompoknya.

"Ya sudah, aku mau ke kelompok lain ya. Aku mau ketemu temen pondokku. Nanti kalau aku bagian jaga kabari saja," ucap Zalfa.

"Lo amnesia Fa, gimana mau ngabarin Lo. Di grup WA aja lo gak masuk, WA aja kagak punya," seloroh Ova.

Zalfa berpikir sejenak, "He, iya. Maaf. Kalian tidak ada yang punya pulsa kah? Aku bisa di sms nanti. Atau kira-kira jadwal aku jam berapa, nanti aku kesini."

"Ya sudah deh, gampang nanti. Lo cabut aja dulu sana," timpal Rizal.

"Aku duluan ya teman-teman.. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam," ucap yang lain serempak. Dan mulai bepergian ke arah tujuan masing-masing.

"Hei.. Wid, lo kan satu pondok tuh sama Zalfa. Apa dia emang kalem gitu kalo dipondok? Apa karena kita belum kenal lebih jauh aja?" tanya Praselia.

Seberkas Jejak Santri (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang