Kekuasaan bukan untuk disalahgunakan. Tetapi untuk menjalani amanah berdasarkan hukum yang disertai keadilan. Memprioritaskan kejujuran dan mempertimbangkan haq setiap insan.
~ Seberkas Jejak Santri ~
Karya Serpihan Ilalang
==========♡♡♡♡♡==========
"Sudah kumpul semua?" tanya bapak sedikit tenang.
Seluruh anggota keluarga mengangguk, ada juga yang berbisik-bisik. Bapak Zalfa memang orang yang paling ditakuti di keluarga mereka karena pembawaanya yang tegas.
"Jadi begini, kalian coba ingat-ingat yang merasa meminjam kunci sama Zalfa, atau yang melihat siapa yang pinjam. Dan sampai sekarang belum dikembalikan." terang Bapak Zalfa.
Zalfa masih terdiam sambil menahan isaknya.
"Lah masalah kunci to, dari tadi yang dipermasalahkan?" sela paman Zalfa.
"Kamu lupa Zal?" tanya paman pada Zalfa.
Zalfa yang awalnya menunduk langung memusatkan pandangannya ke arah paman. Masih dengat raut bingung atas pertanyaan yang terlontar dari pamannya.
"Ini..." Pamannya sambil mengacungkan kunci yang menjadi permasalahan.
"Paman..." Zalfa hanya menghembuskan nafasnya dan berucap syukur "Alhamdulillah..."
"Lah dari tadi kemana aja, keluarga nyampe pada bingung, pada nyalahin Zalfa. Kenapa gak bilang dari tadi." sergah Marina, bibi Zalfa.
"Lah kan tadi kebetulan lagi banyak tamu undangan, ya sibuk di depan." sahut Harwanto, paman Zalfa selaku suami dari Marina.
"Syukurlah kalau sudah ketemu. Ya sudah kamu istirahat saja Fa, pulang duluan gih sama teteh. Nanti gampang kesini lagi," ucap Sang Nenek di tengah-tengah perdebatan.
"Maafin paman ya Zal, gara-gara paman kamu jadi disalahkan semua orang."
"Gapapa paman, juga kebetulan Zalfa lupa. Ini juga salah Zal."
"Tadinya paman mau langsung mengembalikan, tapi dipikir-pikir karena paman pastinya akan bolak-balik ambil sesuatu di kamar. Jadi paman pegang deh, nggak di kembaliin ke kamu. Tapi malah jadi permasalahan."
"Iya paman, tidak apa-apa. Ya sudah Zalfa pamit ya semuanya, nek, bu, bi. Mau pulang dulu," Ibunya masih diam saja belum berbicara lagi sepatah kata pun.
Akhirnya Zalfa pulang bersama Viqoh, meski masih sedikit sesak dan merasa kecewa atas kemarahan ibunya.
Sesampai di rumah Zalfa langsung beranjak ke kamarnya. Saat ibunya pulang ke rumah Zalfa hanya diam, ibunya pun diam. Bukan berarti Zalfa marah, mana mungkin ia bisa marah pada ibunya. Ia hanya membutukan waktu untuk diam saja.
***
"Teh, katanya lo kemaren nangis ya?"
"Lo tahu dari mana?"
"Dari nenek, beliau nyeritain semuanya sampe lo bisa nangis."
"Hm..."
"Nyesel gak pulang? ini nih yang paling gue males kalo pulang tuh."
"Nggak sih."
"Hei lagi ngapain cucu-cucu nenek?" sela Nenek, tiba-tiba mendekat ke arah Zalfa dan Rafka.
"Lagi diam aja nek, oh iya. Besok pagi kita berangkat nek," ungkap Rafka.
"Loh, kok cepet. Tambahin aja lah harinya!" Rayu nenek sambil merangkul kedua bahu cucunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seberkas Jejak Santri (TAMAT)
General FictionZalfa, seorang santri putri sekaligus mahasiswi di salah satu Universitas Islam Negeri di Jawa Tengah. Ia yang begitu gigih dengan impiannya, bersama sahabat ia lalui bersama merangkai mimpi. Meski kendala, penghianatan, tuntutan, menjadi tirai men...