Bab 17. Santri Baru

23 5 1
                                    

Tidak semua sifat manusia itu sama. Jadi, jangan mudah men-judge seseorang begitu saja. Kita bisa berubah sesuai dengan siapa yang kita hadapi. Di luar bisa saja kita berbohong. Tapi hati tak pernah setuju akan hal itu, karena nurani selalu tahu ada Tuhan yang Maha Mengawasi.

~ Seberkas Jejak Santri ~

Karya Serpihan Ilalang

==========♡♡♡♡♡==========

Tepat hari Raya Idul Adha Rafka mulai menjadi santri baru di pondok Zalfa berada. Kebetulan Zalfa libur jadi Rafka dan Zalfa berangkat bersama dari rumah tanpa di antar kedua orang tuanya. Karena saat itu pendaftaran pesantren sudah dari awal pembukaan pendaftaran santri baru, kedua orang tuanya sowan ke ndalem guna menyerahkan sepenuhnya Rafka agar mendapat bimbingan mengaji dan melunasi semua administrasinya.

Sekarang tinggal mereka berdua berangkat ke Purwokerto menggunakan sepeda motor.

Sesampai disana, Rafka bingung bagaimana ia langsung masuk pondok, karena tidak ada orang tua yang mengantarnya, kakaknya sendiri cewek mana berani dia mengantarkan ke kantor putra.

"Lo langsung saja. Nanti masuk terus ke kantor putra, bilang saja santri baru. Waktu itu sudah sempat daftar hanya saja baru sempat berangkat sekarang. Gitu dik..."

"Lah masa teteh nggak nganterin, masa gue sendiri yang masuk gitu aja."

"Ya gue juga malu kali dik, udah gapapa langsung aja bilang. Nanti ada pengurus yang nunjukkin kamu ke kamar kok."

"Ya sudah..." pasrah Rafka sambil mendorong motornya menuju parkiran.

"Gue lihatin dari sini gih masuk, kalo udah dapet kamar nanti chat aja ya. Aku mau masuk pondok putri sekarang."

"Iya teh..." Rafka memasuki gerbang pondok putra, Zalfa juga memasuki pondok putri.

Beberapa saat kemudian hp Zalfa berdering tanda panggilan masuk.

Ade Rafka is calling...

"Teh... gue udah dapet kamar."

"Syukurlah. Kamar apa?"

"Kamar santri baru semuanya di jadiin satu di kamar Asy-Syatibi."

"Oh iya ya. Adakan tadi pengurus yang nganterin lo?"

"Iya ada, dia kang Ismail namanya. Gue nanya kenal lo apa nggak. Kok nggak kenal ya teh, padahal kan lo santri lama disini."

"Hehe, ya kali mana ada santri putra Yang kenal gue. Meskipun gue santri lama. Gue nggak seterkenal yang lo bayangin kali dik."

"Gue nggak bayangin juga sih lo terkenal. Haha..."

"Iya lah terserah lo, semoga betah ya. Kalo ada apa-apa telpon gue aja."

"Siap tetehku, eh iya gue penasaran kenapa nggak ada yang kenal sama lo teh, secara lo kan udah tua disini. Haha."

"Dihilangin emang nggak ada yang kenal putra mah, paling juga temen sekelas gue. Gue ini terkenalnya kalem, pemalu, pendiem, otak aja pas-pasan. Hehe, jadi mana mungkin terkenal."

"Apaan otak pas-pasan lulus kuliah aja lo kurang dari 4 tahun, mana ada kalem, cerewet gitu."

"Hei dik, asal lo tahu gue bobrok tuh cuma sama lo. Sama yang lain ya kagak lah."

Seberkas Jejak Santri (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang