Bab 49. Kekuatan Do'a

16 5 0
                                    

"Tidak ada do'a yang sia-sia, selagi kita yakin dan terus memanjatkan do'a itu. Disitulah do'a kita akan menembus langit dan menggetarkan 'Arsy bukan hanya penduduk bumi saja, tapi penduduk langit pun ikut serta mengaminkan do'a kita. Sampai pada akhirnya Allah Swt mengabulkannya atau bahkan menggantikannya dengan yang lebih indah. Percayalah, Tuhan akan memberikan sebuah keajaiban di waktu yang tepat. Saat itulah senyummu akan merekah dengan ikhlas."

Karya Serpihan Ilalang

==========♡♡♡♡♡=========

Sosok gadis bergamis ungu dengan jilbab senada sangat terharu menyaksikan gegap gempita bahagia para khotimin dan khotimat yang diresmikan dengan adanya wisuda tahfidz yang menghadirkan tamu-tamu undangan terkenal, para wali santri dan Masyayikh berbagai pesantren pun diundang. Kemilau panggung pun turut meriah menjadi saksi acara bersejarah itu.

Proses tahadduts bin ni'mah atau menyebarluaskan kabar anugerah ini sangat disambut baik oleh masyarakat. Tak bisa dipungkiri, ada kebahagiaan tiada tara yang dirasakan oleh siapa saja yang berhasil mengkhatamkan hafalan Al-Qur'an 30 juz.

Derai tangis haru terus mengalir membasahi jilbab ungunya, kebetulan Zalfa tak membawa tisu. Sedih sekaligus bahagia dirasakan secara bersamaan, sedihnya ia belum bisa bersanding bersama teman yang ikut wisuda tahun ini. Bahagianya ia bisa merasakan betapa senangnya ketika ia membayangkan seperti mereka yang berada di panggung.

Memberikan senyum terindah kepada kedua orang tuanya, menggenggam mimpi mulia yang diidam-idamkan sebagian muslim. Sebagaimana mereka telah menyelesaikan jalan panjang penuh perjuangan, menahan rindu terhadap keluarga, dan tangisan yang terus menyapa dalam hitungan tahunan.

"Zal, semoga kita bisa ya tahun besok seperti mereka," ucap Amira sambil menunjuk ke panggung.

"Aamiin," Zalfa menjawab sambil menghapus sisa air mata yang masih mengalir, sambil membetulkan posisi kacamatanya yang melorot dan berembun.

"Sudah yu ah, kita jadi nangis gini. Yuk kita ucapin selamat kepada para khotimat," ajak Amira. Zalfa hanya mengangguk sebagai jawaban.

Mereka berdua menyalami para khotimat yang telah turun dari panggung. Saat salah satu sahabat Zalfa turun dan mereka bersalaman, derai tangis Zalfa kembali turun. Dia ialah Ziyah, teman sekelas kampus, dan juga teman seperjuangan saat di pondok, hanya saja Ziyah terlebih dahulu yang masuk tahfidz, karena Zalfa awalnya hanya santri Madin (Madrasah Diniyyah) saja. Keduanya berpelukan dan menangis haru.

Setelah prosesi Khotmil Qur'an selesai, dilanjut dengan acara pengajian. Seluruh santri baik yang khataman atau Non khataman berkumpul di Aula, tempat acara berlangsung.

Sambutan demi sambutan, dan acara inti telah berlangsung dengan khidmat. Ditutup dengan do'a yang langsung dipimpin oleh Pak Kyai sebagai pengasuh pondok pesantren Darrul Kutub.

***

Setelah acara Haflah kemarin para santri diliburkan kegiatan mengaji selama satu minggu. Ada sebagian santri yang tidak pulang, dikarenakan jadwal kuliah yang padat dan adapula karena jarak yang jauh. Salah satunya Zalfa, ia tinggal sendiri di kamarnya yang kebetulan tidak pulang.

Liburan yang rencananya akan ia manfaatkan untuk berlibur ke rumah kakaknya. Ia urungkan. Ia lebih memilih berdiam di pondok.

Zalfa merasa tidak tenang, karena liburan masih di bulan mulud. Sedangkan simakannya belum tuntas. Sebagaimana dawuh Pak Kyai yang masih menghantui pikiran Zalfa saat di awal mulud pengurus tahfidz mengumumkan hasil sowan Pak Kyai bahwa;

Seberkas Jejak Santri (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang