Bab 8. Sakit

104 43 182
                                    

Kasih sayang belum tentu kita dapat dari seseorang yang selalu berada di dekat kita. Boleh jadi, kasih sayang tercipta dari orang-orang yang terlihat tidak peduli tapi selalu membungkus kasih lewat do'a yang menyapa.

~ Seberkas Jejak Santri ~

Karya Serpihan Ilalang

==========♡♡♡♡♡==========

Bimbingan demi bimbingan terus berlangsung, saat ini Zalfa sedang proses Bab III skripsinya. Zalfa sangat bersyukur do'anya terkabul, meski dosen pembimbingnya benar-benar tidak sesuai dengan dugaannya. Beliau sangat baik dan membimbing Zalfa untuk selalu menjadi lebih baik, dan selalu mengarahkan pada penelitian yang akurat.

"Mbak, kok pucet?" sapa Isti'anah dengan rasa khawatir, salah satu teman kamarnya.

"Gapapa Is, cuma sedikit pusing aja."

"Jangan terlalu diforsir Mbak, mending sekarang istirahat. Skripsi dan buku-bukunya tutup dulu aja."

"Iya makasih, ini juga mau ditumpuk dulu kok. Rasanya gak enak badan akhir-akhir ini." Zalfa langsung menyiapkan kasur lantai dan selimut.

"Ya udah, Mbak langsung istirahat aja. Biar buku-bukunya Isti yang naro ke rak."

"Makasih ya Is..."

"Iya Mbak."

Sampai tiga hari panas Zalfa tidak turun-turun akhirnya teman kamarnya membawa ke dokter terdekat. Zalfa di antar periksa oleh Mar'ah yang sudah kayak kakak sendiri, ke dokter yang biasa Zalfa kunjungi saat sakit. Bukan dokter kepercayaan keluarga tapi dokter yang biasa Zalfa berobat selama ia tinggal di Purwokerto. Yakni, dr. Widodo yang bertempat di depan Universitas Wijaya Kusuma.

"Tuh kan neng pasti lambungnya, makannya makan yang teratur. Ya sudah ini obatnya, kalau gak ada perubahan juga nanti mending pulang saja. Dari pada disini tidak terawat, makan juga kurang teratur. Kalau di rumah kan pasti di rawat sama ibu, selalu ada makanan sehat juga," cecar Mar'ah.

"Iya Mbak, makasih ya Mbak. Maaf Zalfa ngrepotin..."

"Biasa aja kali Fa sama Mbak mah, kayak sama siapa aja. Ya sudah yuk pulang, atau mau beli apa dulu, mumpung masih di luar."

"Kayaknya Zalfa pengen bubur ayam deh Mbak."

"Ya udah yu, bubur ayam mang Iwan?"

"Agak jauh kalau mang Iwan, yang deket aja Mbak. Di pengkolan arah ke kampus aja Mbak."

"Oh ya siap, bubur ayam bang Mail?"

"Iya Mbak, itu juga enak kok."

"Ya udah yuk." Zalfa hanya menganggukan kepala sebagai jawaban. Mereka langsung ke arah motor.

Tak membutuhkan waktu lama, mereka tiba di tempat bubur bang Mail.

"Bubur Bang..." ucap Mar'ah.

"Ini Mbak uangnya sama Mbak sekalian pesan gapapa," sela Zalfa menyodorkan uang ke Mbak Mar'ah.

"Gak usah! Mbak mah mau beli rames aja, buat neng aja ya."

Seberkas Jejak Santri (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang