Bab 44. Tragedi Sepertiga Malam

10 3 1
                                    

Jika apa yang kita lakukan sesuai dengan keinginan kita, pasti semangat selalu menyertai untuk menggenggam apa yang kita impikan. Kalaupun ada gangguan menerpa, anggap saja angin lalu.

~ Seberkas Jejak Santri ~

Karya Serpihan Ilalang

==========♡♡♡♡♡==========

Malam yang begitu syahdu, terdengar lantunan kalam suci dari sosok gadis yang duduk di tepi kamar lantai atas dengan menghadap jemuran yang dihiasi malam kelam. Dialah Zalfa, salah satu santri putri yang terlahir dari daerah Pasundan. Semangatnya yang tak luntur meski harus mengulang-ulang terus hafalannya, ia tak tergoyahkan meski teman seangkatannya kebanyakan sudah bermukim. Bahkan sudah berkeluarga.

Setelah wisuda, ia hanya fokuskan untuk menghafal al-Qur'an. Ia sangat bersyukur di saat teman-temannya pada ngelamar kerja, daftar PNS, dan menikah. Ia masih diizinkan untuk tetap mesantren oleh kedua orangtuanya. Saat ia memperhatikan keadaan sekitar, ia tersenyum melihat teman-temannya sesama santri tahfidz. Dalam hati Zalfa berpuisi...

Untaian Suci

Senandung untaian suci
Membungkam hasrat yang berteriak
Menyayat hati tak bertepi
Melafalkan ayat-ayat yang mendamba

Senandung untaian suci
Meruntuhkan ejaan mantra-mantra...
Kebisingannya meleburkan
Pada dosa-dosa masa silam

Senandung untaian suci
Terngiang di sepertiga malam
Mengubur masa kelam
Mengharap luasnya pengampunan

Purwokerto, 2022

"Mbak Zal, bikin setoran atau deresan?" tanya salah satu santri tahfidz yang sama-sama lagi nderes di perkomplekan kamar tahfidz.

"Deresan, kalau aku malam itu enaknya buat deresan," jawab Zalfa.

"Kalau aku malah buat setoran," sambung Chusnul yang kebetulan tidak jauh dari Zalfa.

"Setoran aku enaknya pagi setelah ngaji tafsir ba'da shubuh, kalau nggak setelah kita selesai shalat dhuha berjama'ah. Itu rasanya adem banget buat bikin setoran," ungkap Zalfa.

"Iya juga sih, tapi kalau aku malam juga. Nanti paginya baru ngelancarin," tambah Chusnul.

"Iya bagus juga sih, nanti dilanjut lagi nambahnya habis ngaji al-adzkar. Baru setelah dzuhur aku ngelancarinnya," terang Zalfa.

"Iya kita beda ya Zal, habis dzuhur juga aku ngelancarin lagi. Persiapan buat setoran Asharnya sih, jadi habis dzuhur harus ekstra," ungkap Chusnul dengan ekspresi yang dibuat-buat seperti biasanya.

"Mbak-mbak aku duluan ya udah ngantuk nih, mau tidur dulu," ucap salah satu santri tahfidz.

"Oh iya Nis, jam berapa sekarang?" tanya Zalfa.

"Sekarang jam satu Mbak..." jawab Anisa.

"Oh iya makasih Nis, insya Allah bentar lagi nyusul kok."

"Iya Mbak, ayo Mbak Chun..." ajak Anisa melihat ke arah Chusnul yang sudah terlihat ngantuk. Naik turun menahan kantuk dengan kacamata bertengger di hidungnya.

"Eh iya Nis... Zal aku duluan ke kamar ya ngantuk banget. Nanti kalau kamu ke kamarnya masih agak lamaan aku bangunin ya Zal, soalnya aku belum tuntas ini buat setorannya," ucap Chusnul sambil menahan kantuk.

Seberkas Jejak Santri (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang