Bab 20. Kunci Malapetaka

21 6 4
                                    

Saat seseorang merasa tersudutkan, bukan hanya pembelaan yang ia butuhkan. Melainkan penenang dan kebenaran yang ia harapkan.

~ Seberkas Jejak Santri ~

Karya Serpihan Ilalang

==========♡♡♡♡♡==========

Setelah kejadian itu Zalfa dan Rafka jarang keluar bareng lagi, di satu sisi Zalfa masih merasa kecewa. Sedangkan Rafka merasa tidak enak untuk menghubungi kakaknya. Tapi keadaan yang mendesak lah yang mengharuskan Rafka menghubungi Zalfa, yaitu memikirkan untuk menyambung hidupnya apalagi kalau bukan masalah uang. Kalau bukan karena kiriman orang tuanya yang masuk ke atm kakaknya nggak mungkin Rafka menghubungi kakaknya.

Selain memudahkan orang tuanya agar mentransfer di satu rekening, Rafka juga nggak mau ribet harus buka rekening, bentar-bentar ke atm lah.

Apalagi kalau sudah habis, karena menurutnya ia sendiri nggak bisa me-manage uang, kalau sama kakaknya kan bisa membagi-bagi uangnya sesuai keperluan, dan yang dibutuhkan, terkadang Zalfa membobol celengannya karena saat itu Rafka butuh uang sedangkan atm kosong hanya tersisa saldo endap.

Tapi Zalfa selalu memiliki uang simpanan, karena menurutnya ia harus mempunyai uang untuk berjaga-jaga ditakutkan ada kebutuhan mendadak dan mendesak.

Ade Rafka is Calling...

Kebetulan Zalfa sedang memegang hpnya jadi langsung menekan tombol hijau.

"Assalamu'alaikum..."

"Wa'alaikumussalam... kenapa?"

"Cicisnya abis..." Rafka dan Zalfa memang masih menggunakan kata cicis untuk uang, karena sudah menjadi kebiasaan mereka sedari kecil orang tuanya bilangnya cicis.

"Hm... ya sudah sekarang ke parkiran putri."

"Tapi adakan teh cicisnya?" tanya Rafka memastikan.

"Selalu kuusahakan."

"Ya sudah gue ke parkiran."

"Iya. Gue turun. Nanti kalau sudah sampai aku telpon balik," ucap Zalfa langsung mematikan panggilannya.

Setiba di parkiran Zalfa langsung menelepon Rafka, mengabarinya suruh ke gerbang parkiran bahwa ia sudang menunggunya.

Tidak lama kemudian, Rafka keluar dan menghampiri Zalfa.

"Teh..."

"Iya, nih adanya segitu dulu 100K cukup-cukupin ya buat seminggu. Soalnya gak tahu kapan lagi kirimannya."

"Iya teh, gue usahain. Makasih." Tiba-tiba Rafka mengkode kalau dibelakang Zalfa ada orang.

"Siapa?" ucap Zalfa pelan.

"Ibu Nyai!" bisik Rafka, langsung salim mengecup punggung tangan Zalfa dan pamitan.

"Assalamu'alaikum!" Rafka langsung beranjak pergi ke pondok putra.

Zalfa berbalik dan tersenyum mengangguk sambil menunduk pada ibu karena sedari tadi sepertinya ibu memperhatikan mereka berdua, meski sambil menjemur pakaian. Takutnya dikira ketemuan dengan selain mahrom. Untungnya Rafka inisiatif salim, dan mencium ounggung tangannya. Jadi ibu Nyai pasti paham bahwa Rafka adiknya.

***

Kegiatan pondok berjalan dengan khidmat-nya, para santri ada yang menyiapkan hafalannya, yang menambal memaknai kitab dengan pegon, ada juga yang taqror, simaan dan berbagai kegiatan yang membuat sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Seberkas Jejak Santri (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang