Ketika seseorang melanggar bukan berarti ia melakukan kesalahan. Adakalanya ia harus menentukan suatu pilihan yang memang harus melibatkan pelanggaran demi kebaikan yang sedang ia hadapi.
~ Seberkas Jejak Santri ~
Karya Serpihan Ilalang
==========♡♡♡♡♡==========
"Tunggu dulu," teriak bapak Mayla. Sontak keempatnya melihat ke arah sumber suara.
"Tunggu, ini tadi bapak dari keluarganya Panjul. Ini ada uang buat ganti rugi, besok bilang saja habisnya berapa kalau kurang. Kabari saja bapak, kalau lebih ya buat beli es kalian saja," ungkap bapak Mayla, masih sedikit tersengal-sengal bicaranya.
Mungkin tadi beliau berlari dari rumah keluarga Panjul takut ketinggalan kami. Batin Zalfa.
"Terima kasih Pak, sekali lagi maaf kita sudah ngrepotin main kesini," ungkap Mbak Mar'ah, sambil menerima uang pemberian ganti rugi dari keluarga Panjul.
"Sama sekali ndak ngrepotin nduk. Bapak dan keluarga malah sangat senang dikunjungi teman-teman anak kami. Apalagi dari berbagai daerah untuk mempererat persaudaraan. Jangan kapok ya kesini lagi, kita jaga silaturahminya," ucap bapak Mayla.
"Iya Pak, terima kasih," ucap Zalfa.
"Sudah ya Pak, Bu. Takutnya nanti kita kemalaman nyampai pondok," ungkap Mayla.
"Oh iya sudah, hati-hati nduk," ucap Bapak Mayla.
"Pamit Pak, Bu. Assalamu'alaikum..." ucap Mayla langsung salim, mencium punggung tangan kedua orang tuanya. Kemudian diikuti oleh Mbak Mar'ah, Zidqo, dan terakhir Zalfa.
"Wa'alaikumussalam wr wb..."
Perjalanan pulang ke pondok, lebih cepat dari waktu berangkat. Soalnya kita sudah tahu arah jalan pulang yang tepat, dan juga tidak ada kendala yang menghalangi perjalanannya. Kedua motor itu terus meluncur, masih pukul 04.00 sore tapi daerah pegunungan ini sudah diselimuti kabut yang menutupi pesawahan, rumah, dan jalan yang dilalui mereka.
Sampai akhirnya mereka menyalakan lampu motor. Seperti saat malam dinyalakan, karena kalau lampu motor tidak dinyalakan jalan sama sekali tidak terlihat. Tertup kabut pegunungan yang begitu lebat.
Sesampainya di kota Purbalingga, kabut tidak lagi mengganggu perjalanan mereka. Kedua kendaraan tersebut, menambah laju cepat kilometer per jam. Kebetulan jalan raya yang mereka lalui sepi pengendara, dikarenakan waktu juga semakin sore.
Masuk perkotaan Purwokerto, Mbak Mar'ah memarkirkan sejenak motornya di dekat bengkel besar. Mau menanyakan seberapa besar biaya yang dibutuhkan atas kerusakan motor yang ia pinjam bersama Zalfa. Begitupun Zidqo dan Mayla mengikutinya.
"Permisi Pak, maaf sebelumnya kami mau tanya terlebih dahulu. Kalau kerusakan kaca pelindung lampu depan motor, mencapai berapa ya Pak?"
"Boleh saya lihat motornya Mbak?" tanya bapak bengkel.
"Silahkan Pak." jawab Mbak Mar'ah.
"Oh kalau begini sih, kisaran 150 kurang lebihnya Mbak," ucap bapak itu dengan memperkirakan harganya.
"Oh ya sudah baik Pak, insya Allah besok kita kesini lagi Pak. Sekarang menanyakan dulu, soalnya mau balik pondok."
"Oh iya Mbak, gapapa. Silahkan."
"Oh iya, kira-kira bengkelnya buka jam berapa ya pak?"
"Jam 9'an Mbak."
"Oh iya baik, lama nggak ya Pak kalau benerinnya?" sela Zalfa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seberkas Jejak Santri (TAMAT)
General FictionZalfa, seorang santri putri sekaligus mahasiswi di salah satu Universitas Islam Negeri di Jawa Tengah. Ia yang begitu gigih dengan impiannya, bersama sahabat ia lalui bersama merangkai mimpi. Meski kendala, penghianatan, tuntutan, menjadi tirai men...