Bab 33. Lebaran Idul Fitri

18 5 1
                                    

Sukses saat ini memang hanya sebatas halu
Tapi aku yakin suatu saat nanti, sukses pasti bertamu.
Tugas kita saat ini menikmati proses tanpa protes dan memberantas malas dengan cara yang berkelas.

~ Seberkas Jejak Santri ~

Karya Serpihan Ilalang

==========♡♡♡♡♡==========

"Sebenarnya... Zalfa beli mukena dua Ma. Satu buat Mama, satu buat Fa."

"Mana punya kamu Fa?" tanya ibunya, Zalfa langsung masuk ke kamarnya mengambil mukena yang ia simpan ditumpukan baju paling bawah. Ia merasa takut untuk jujur pada ibunya, makanya dia sempat berpikir untuk tidak mengeluarkan mukena satunya.

"Ini Ma, punya Fa warna ungu sama tosca."

"Bagus, kamu dapat uang dari mana Fa? Bisa membeli dua mukena ini. Pasti harganya tidak murah kan? Nggak mungkin kan memakai uang kiriman dari Mama?" cecar ibunya. Zalfa masih dalam mode menunduk. Ia mau membuka suara tapi terpotong lagi oleh ucapan ibunya.

"La, Mama ngirimin kamu itu buat makan, buat kebutuhan lainnya. Bukan untuk membeli barang-barang baru. Kalau yang sebelumnya masih ada manfaatkanlah selagi masih bisa di pakai. Jangan membeli yang baru kalau kebutuhan lain masih ada." tegas Ibu Zalfa.

"Tapi Ma, itu tabungan Zalfa. Bukan dari jatah kiriman Mama kok," ucap Zalfa berusaha membela diri.

"Terus? Emang kamu sudah kerja? Makan aja masih jadi beban keluarga!" tandas Ibu Zalfa tanpa ia sadari ucapan itu membuat Zalfa sedih.

Tapi Zalfa terus berusaha sabar dan tersenyum.

"Zalfa punya ta-tabungan kok Ma, selama 6 bulan kemarin Fa mengajar di sekolah. Setiap bulannya Zalfa di kasih 200.000, setiap uang itu dibagikan Zalfa tabung Ma. Dan Fa juga menyisakan 400.000 untuk membeli kedua mukena ini," terang Zalfa dengan sejujur mungkin.

"Benar ini uang hasil kamu mengajar?" tanya ibu memastikan.

"Ii-ya Ma, Fa tidak berbohong." ungkapnya.

"Baiklah sekarang Mama percaya."

"Terima kasih Ma, besok pakai ya Ma mukenanya."

"Iya, Mama pakai. Makasih ya Fa. Oh iya ini sekalian setrikain."

"Siap Ma..." Dia langsung meneruskan aktivitas menyetrikanya.

***

Takbir berkumandang dengan riuhnya, Zalfa masih sibuk dengan opor di dapur membantu ibunya. Rafka membantu menata makanan di meja ruang tamu. Pastinya besok akan banyak tamu yang berdatangan halal bihalal. Terutama dari keluarga ayahnya, karena banyak bibi dan pamannya yang datang.

Malam semakin larut, tapi gema takbir semakin kencang bersahutan. Zalfa dan keluarga pun istirahat di kamar masing-masing, Zalfa masih sibuk corat-coret buku. Sampai akhirnya ia mulai bersajak.

Gema Takbir

Bintang-bintang mengerjapkan sinarnya
Suara bergema di seluruh penjuru dunia
Cakrawala tersenyum pada semesta
Tersebab takbir melukis air mata-Nya

Ciamis, 2021

Zalfa mulai mengantuk, saat ini ia tidak bisa menamatkan 1 novel di platform orange. Mungkin efek capek, aktivitas hari ini terlalu melelahkan, di tambah ia tidak tidur siang juga. Ia merapikan beberapa buku yang tercecar di atas kasurnya. Membersihkannya sebelum tidur, kemudian langsung ke kamar mandi untuk menggosok gigi dan berwudlu sebelum tidur.

Seberkas Jejak Santri (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang