Jika kamu bisa membantu orang lain, bantulah. Suatu saat pasti kau membutuhkan pertolongan orang lain. Hidup itu berputar, tidak selamanya stuck di zona nyaman. Tuhan tahu kapan saatnya kita butuh atau bahkan mampu.
~ Seberkas Jejak Santri ~
Karya Serpihan Ilalang
==========♡♡♡♡♡==========
Meskipun sudah lulus, sejak Rafka kuliah. Zalfa jadi sering ke kampus lagi. Sampai ada salah satu dosennya yang mengira kalau Zalfa lanjut program megister (S2). Padahal sama sekali tidak terlintas untuk melanjutkan pendidikannya. Zalfa hanya ingin membantu saat adiknya membutuhkan saja. Juga karena sesekali Zalfa butuh refreshing agar tidak terlalu penat dengan peraturan-peraturan pondok yang membuatnya pusing.
Terutama jika sedang udzur, Zalfa memanfaatkan waktu untuk ke perpustakaan kampus. Atau pergi jalan-jalan ke tempat manapun yang dirasa nyaman dan membuatnya merasa terbebas dari kepenatan.
"Teh, gue ada tugas bikin makalah."
"Ya udah kerjain lah."
"Bantuin lah, gue kan belum bisa buat makalah yang baik dan benar. Entar lo ajarin ya."
"Siap... tentang apa?"
"Ushul Fiqh... bantu cari yuk bukunya ke perpus."
"Okey, aku punya satu. Nanti kita tinggal cari kurangnya dan dari buku yang berbeda."
"Okey... gapapa kan? Gue gak ngrepotin?"
"Santuy aja kali, kayak sama siapa aja. Lagian kan gue udah janji sama ortu agar bisa bantu lo. Supaya lo nggak terpaksa kuliah dan selalu semangat."
"Bagus..."
"Btw, dosennya nyuruh berapa referensi...?"
"Berhubung gue masih semester satu jadi bukunya minimal 3, jurnalnya 2."
"Okey... berarti bukunya kurang dua nih. Ya udah cus, langsung ke perpus. Nggak ada kuliah lagi kan?"
"Free, hari ini cuma jadwal pagi doang." Zalfa hanya mengangguk dan langsung berjalan menuju perpus, diikuti Rafka.
Beberapa teman pondok Zalfa dan mahasiswa yang mungkin kenal Zalfa sedikit heran karena jarang-jarang Zalfa berjalan berdampingan gitu sama ikhwan, apalagi berdua. Ada juga yang berbisik-bisik. Zalfa hanya tersenyum pada mereka yang melihat ke arah Zalfa. Berbeda dengan Rafka yang memasang wajah datar, bodo amat.
Zalfa sudah faham dimana letak buku-buku yang seharusnya ia cari, sedangkan Rafka masih bingung hanya mengekori kakaknya. Karena ini juga pertama kalinya Rafka ke perpustakaan, kalau bukan karena tugas gak mungkin dia menginjakkan kaki ke perpus. Pasti lebih memilih nongkrong di kantin atau tidur pulang ke pondok. Saat asyik mengamati barisan buku-buku, tiba-tiba ada yang memanggil nama Zalfa.
"Mbak Zal..." suara perempuan sambil berlari mendekati.
"Eh iya kenapa Rel?"
"Mbak bawa bolpoint?" Zalfa mengangguk.
"Boleh pinjem mbak. Hehe, soalnya tadi ketinggalan di tas."
"Oh iya ini."
"Bentar ya mbak, cuma buat ngisi perpinjaman."
"Okey..."
"Cowok mbak ya?" ucap Aurel sedikit berbisik.
"Mana?"
"Tadi mas-mas yang deket mbak, manis. Eh," ucap Aurel sambil menutup mulutnya menyadari ucapannya barusan yang dirasa keceplosan.
"Oh dia. Adikku Rel."
KAMU SEDANG MEMBACA
Seberkas Jejak Santri (TAMAT)
General FictionZalfa, seorang santri putri sekaligus mahasiswi di salah satu Universitas Islam Negeri di Jawa Tengah. Ia yang begitu gigih dengan impiannya, bersama sahabat ia lalui bersama merangkai mimpi. Meski kendala, penghianatan, tuntutan, menjadi tirai men...