04. PACARNYA BOO

184K 16.4K 2.9K
                                    

Happy Reading 🥰

Dingin, berbicara singkat, datar dan enggan berlama-lama disuatu tempat yang ramai adalah sifat Alfredo. Cowok yang memiliki nama panggilan Boo oleh gadis bernama Saffiyah itu menatap tidak minat pada ayahnya yang sedang berbicara pada kolega bisnis mereka. Malam ini ia diminta untuk menemani Arsen ke sebuah acara ulang tahun perusahaan.

“Minum, Al?” tawar Hara yang baru saja tiba dari mengambil dua gelas minuman di tangannya. Satu gelas ia sodorkan pada Boo.

Satu tangan Al menepis tangan Hara, mengisyaratkan bahwa Boo tidak ingin menerima minuman dari Hara.

“Kenapa sih lo selalu nolak? Gue sama sekali nggak ngajak lo ribut, ya, Al,” gerutu Hara kesal, menatap wajah Boo yang bersedekap dada tanpa berniat membalas tatapannya.

“Gue bisa ambil sendiri,” jawab Boo.

“Gue nggak kasih racun di minuman ini kalau lo mau tahu!”

Cowok dengan setelan kemeja hitam yang membungkus tubuhnya dan lengan yang digulung sampai siku mengangkat kepalanya menatap Hara dengan datar.

“Bisa pergi?” pinta Boo.

Hara menganga lebar, mendengar kalimat usiran untuknya. “Gue nggak akan pergi. Kita ke sini sama ayah lo dan gue diminta untuk temenin lo. Apa itu salah?”

“Kalau lo nggak mau pergi, gue yang pergi!” sergah Boo. Berdiri hingga kursi yang ia duduk tergeser ke belakang dan menimbulkan bunyi gesekan antara besi dan marmer.

“Tunggu!” Hara menahan pergelangan tangan Boo setelah meletakkan kedua gelas di meja dekatnya.

Cowok itu kembali memandang tidak suka pada Hara, kemudian menarik tangannya dari pegangan Hara.

“Lo berubah, Al!” ucap Hara.

“Berubah menjadi orang lain!” sambungnya dengan nada yang sedikit tinggi.

Boo menarik napas dalam-dalam hingga dadanya mengembang, lalu mengeluarkannya dengan kasar dari hidung. “Gue nggak berubah!” tegas Boo.

“Lo bohong!”

“LO YANG BOHONG!” Nada suara Boo naik beberapa oktaf membuat beberapa orang yang sedang merayakan acara ini sontak menoleh pada keduanya.

“Ada apa, Al?” Arsen datang bertanya pada putranya.

Boo menatap pada ayahnya, tanpa mengucapkan sepatah kata pun Boo berlalu dari hadapan Hara dan Arsen. Hal tersebut menimbulkan pertanyaan di benak orang-orang yang ada di sana. Tentang putra dari Arsen Altanio yang pergi mendadak dengan ekspresi kecewa.

Begitu keluar dari gedung, Boo berjalan cepat menuju motor hitamnya yang terparkir di tepi jalan. Napas cowok itu naik turun karena kesal serta darah yang mendidih hebat karena Hara dan ayahnya. Hingga saat Boo hendak naik ke atas motor, ponsel yang berada dibalik jasnya bergetar. Ada sebuah pesan yang masuk.

Saffiyah
Malam Boo sayang.

Boo
?

Saffiyah
Boo lagi dimana?

Boo
Luar.

PACARNYA BOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang