HAPPY READING :)
..
Jeff meletakkan nampan yang berisi segelas air serta beberapa botol kecil yang berisi butir pil di atas nakas. Di ranjang itu ada Saffiyah yang sedang berbaring lemah sehabis pulang dari rumah sakit.
"Jangan lupa minum obatnya," ucap Jeff sambil duduk di tepi ranjang. Membantu Saffiyah untuk duduk.
"Sebenarnya Saffiyah sakit apa, kak?" tanya Saffiyah.
Jeff tidak menjawab. Ia justru memberikan empat butir pil pada Saffiyah.
"Kan udah dibilang kalau kamu kena demam berdarah," jawab Jeff.
Saffiyah mengangguk paham. Menelan pil dan menerima gelas berisi air dari tangan Jeff.
"Oh, ya, tadi Al kasih sesuatu buat kamu." Jeff berdiri, berjalan mendekati meja belajar Saffiyah, mengambil kotak berwarna biru dan membawanya pada Saffiyah.
"Boo kasih hadiah? Tumben banget," ucap Saffiyah. Ini kali pertamanya cowok itu memberikan hadiah kepadanya.
"Terima aja, mungkin dengan hadiah ini kamu bisa cepat sehat."
Saffiyah mengangguk.
"Yaudah, kakak ke kamar dulu, ya."
"Iya, kak."
Jeff segera keluar dari kamar Saffiyah. Begitu pintu kamar Saffiyah tertutup, Jeff langsung meneteskan airmatanya yang sudah sedari tadi ia tahan. Langkahnya lemah menuju kamarnya.
"Kondisi Saffiyah udah nggak bisa kita biarin gitu aja. Dia perlu perawatan lebih lanjut," ucap dokter Vanya. Perempuan itu menyodorkan hasil pemeriksaan Saffiyah.
"Ini hasilnya. Mungkin selama ini dia cuma ngalamin gejala kecil, kemudian diabaikan sampai akhirnya gejalanya makin parah. Sel-sel sumsum tulang Saffiyah sudah tidak berkembang dengan normal. Dan justru sel-sel tidak normal ini akan menghalangi sel-sel normal lainnya untuk berfungsi."
Jeff mengusap wajahnya dengan satu telapak tangannya. Menghempas bokongnya di sofa kamar. Mengambil surat hasil pemeriksaan Saffiyah. Seandainya ia tahu lebih lama tentang keadaan Saffiyah pasti Jeff akan bertindak cepat.
"Maaf, Ma, Jeff gagal jagain adek," lirih Jeff sambil menyeka sudut matanya yang berair.
Perkataan dokter Vanya terus terngiang di telinga. Bagaimana dengan nada serius dokter Vanya menyampaikan apa yang di derita oleh Saffiyah.
"Papa harus tahu ini." Lekas Jeff berdiri, keluar kamar dan berjalan menuju ruang kerja Ardi.
Meskipun Jeff sendiri tidak yakin jika Ardi ikut khawatir dan prihatin terhadap Saffiyah, mengingat bagaimana Ardi tidak menyukai putrinya sendiri.
Satu tangannya Jeff memutar knop pintu ke bawah, hingga daun pintu terbuka. Kakinya berjalan mendekati Ardi yang sibuk dengan beberapa kertas yang sedang ia baca kemudian ditanda tangani.
"Pa." Jeff berdiri di depan Ardi, keduanya dihalangi oleh meja kerja.
"Hm?" Ardi tetap pada posisinya, tidak berminat untuk menatap Jeff.
"Saffiyah sakit. Dia terke---"
Sontak suara Jeff terhenti ketika Ardi berdiri hingga kursi yang diduduki berbunyi akibat gesekan lantai dan besi. Pria tua itu menatap Jeff dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Papa tidak mau urus anak itu!" bentak Ardi.
"Nggak mau urus, Pa?" tanya Jeff.
Ardi menggeleng.
KAMU SEDANG MEMBACA
PACARNYA BOO
Teen FictionSatu hari sebelum mawar putih layu dia pernah berkata, "Jangan takut kehilangan. Karena sejatinya hidup adalah tentang kembalinya ke pelukan Tuhan." Saffiyah adalah gadis yang menduduki peringkat akhir di sekolah hal itu membuat Saffiyah mendapatkan...