HAPPY READING!
Bu Dea menatap lembaran soal yang sudah dikerjakan oleh Al, Sila dan Yuda. Ketiga anak itu akan mengikuti olimpiade matematika yang akan dilaksanakan dua bulan lagi. Ketiga murid itu menatap Bu Dea di meja belajar dan tak lama itu Bu Dea menaikkan pandangannya untuk menatap ketiga muridnya.
"Untuk Al semua jawaban yang kamu isi benar," kata Bu Dea pada pada Al yang hanya diam.
"Untuk Yuda kamu salah tiga soal di nomor 36 42 dan 50. Ibu rasa kamu harus menguasai lagi soal tersebut."
Yuda mengangguk. Kemudian tatapan Bu Dea beralih pada Sila.
"Dan untuk Sila kamu salah satu soal di nomor 48."
Sila mengangguk. Gadis itu merasa lega jika salah hanya satu soal namun di sisi lain ia juga iri melihat cowok dingin di sampingnya yang selalu mendapatkan jawaban yang tepat.
"Ibu mau kalian berdua belajar lagi soal-soal pada nomor yang ibu sebutkan tadi," kata Bu Dea pada Sila dan Yuda. "Kita masih ada waktu dua bulan lagi untuk memaksimalkan semuanya. Ingat ya, kalau sekolah kita adalah sekolah yang selalu menang dalam olimpiade apapun," lanjut Bu Dea.
"Kalian sudah ibu pilih dan ibu percayakan pada kalian untuk memenangkan olimpiade matematika kali ini." Bu Dea tersenyum.
Wanita berumur 28 tahun itu akan percaya jika olimpiade ini akan dimenangkan oleh sekolah mereka seperti biasa. Karena sekolah memiliki Al yang sangat jenius dalam pelajaran apapun. Dan semenjak Al bersekolah di sana, cowok itu sudah memenangkan hampir sepuluh olimpiade.
"Kalau begitu kalian boleh istirahat dan jangan lupa untuk lebih giat lagi belajarnya." Bu Dea berdiri. Kemudian berlalu keluar dari lab meninggalkan ketiganya di dalam.
Cowok yang sering dipanggil Boo itu hendak berdiri setelah membereskan semua alat tulisnya. Hendak beranjak namun seseorang mencekal pergelangan tangannya membuat Boo menoleh pada Sila yang berdiri di samping mejanya.
"Kak, bisa ajarin aku dulu?" tanya Sila kemudian meletakkan lembar soal yang salah di atas meja. Pada angka 48 di beri centang silang berwarna merah, Sila menunjuk angka tersebut.
"Di nomor 48 ini aku nemu jawabannya ada dua, menurut kakak jawaban mana yang benar?"
Boo menghembus napas panjang, kemudian mengeluarkan pulpen dari dalam saku seragamnya. Dari sini Boo sudah bisa melihat jawaban mana yang benar. Lalu Boo melingkarkan opsi pilihan berhuruf E.
"Oh jawabannya E. Tadi udah mau jawab E sih aku." Sila mengangguk tersenyum.
"Oh ya kak, aku tadi ngerjain in –,"
"Lo bisa tanyain itu ke Yuda!" seru Boo merasa kesal karena gadis itu terlalu banyak bertanya padanya sementara ada Yuda yang mengerti tentang soal tersebut.
Sila yang mendengar itu tertegun mendengar nada dingin dari Boo. Setelahnya Boo berlalu keluar membuat wajah Sila berubah jutek.
"Asli ya, tu cowok dingin banget!" seru Sila, seraya menghempas tubuhnya untuk duduk di kursi belakangnya.
Yuda yang mendengar itu tertawa, menatap pada Sila. "Udah tahu sifatnya kayak gitu ngapain lo banyak tanya?" tanya Yuda.
Sila mengalihkan tatapannya pada Yuda. "Kali aja sama gue dia cair."
"Nggak akan cair, Sil. Inget loh dia udah ada pawangnya meskipun nggak pinter kayak lo tapi tu cewek beruntung!"
"Asal lo tahu, ya, yud." Sila merubah posisinya menghadap Yuda sempurna.
"Pacarnya Kak Al itu nggak cantik-cantik amat menurut gue malah katanya siswi paling bodoh karena menduduki peringkat akhir." Nada suara Sila terkesan merendahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PACARNYA BOO
Teen FictionSatu hari sebelum mawar putih layu dia pernah berkata, "Jangan takut kehilangan. Karena sejatinya hidup adalah tentang kembalinya ke pelukan Tuhan." Saffiyah adalah gadis yang menduduki peringkat akhir di sekolah hal itu membuat Saffiyah mendapatkan...