UP LAGI DONG!
KALAU MAU UP CEPET JANGAN SIDERS :(
950 vote dan 1000 komen untuk next!
OH YA ADA KEJUTAN!
HAPPY READING :(
Jeff terduduk lemas di sofa ruang tamu setelah pulang dari rumah sakit. Ia menatap nanar pada selembar kertas yang ada di tangannya. Semua total biaya pengobatan Saffiyah tertera jelas di sana. Puluhan juta. Dan Jeff tidak tahu bagaimana caranya agar bisa mendapatkan uang sebanyak itu.
Menghela napas kasar, Jeff menoleh ke atas tangga lebih tepatnya menatap kamar Ardi. Malam ini ia terpaksa pulang untuk meminta bantuan Ardi atas biaya pengobatan Saffiyah. Jeff tahu bahwa Ardi tidak akan mau membantu. Tapi, apa salahnya mencoba lagi?
"Saffiyah harus jalani kemoterapi. Aku cuma bisa bantu kamu sebagian dari total biayanya, selebihnya kamu cari, ya?"
Kata-kata Vanya terekam jelas di benaknya. Ia merasa malu pada dirinya sendiri karena tidak berhasil menjadi kakak terbaik untuk Saffiyah. Tuhan maha baik karena mengirimkannya sosok Vanya yang mau membantu adiknya.
"Kenapa pulang? Butuh uang?"
Jeff tersentak kaget, sadar dari lamunannya dan mendongak pada Ardi yang sudah berdiri di sampingnya dengan kedua tangan tersimpan di saku celana.
Ardi terkekeh melihat wajah memohon Jeff. Cowok itu berdiri menatap nanar pada sang ayah.
"Selama ini Jeff tidak pernah meminta apapun dari Papa kan?" tanya Jeff. "Boleh Jeff minta buat bantu biaya pengobatan Saffiyah? Perusahaan Jeff udah bangkrut dan Jeff nggak tahu lagi gimana dapat uang sebanyak ini."
"Kamu itu tidak ada gunanya kalau nggak ada Papa, Jeff," sela Ardi, merasa bangga karena anak laki-lakinya memohon.
"Oke, Jeff bakal lakuin apapun yang Papa mau asal bantu Saffiyah."
"Lakukan apapun yang Papa minta?" Ardi memastikan.
"I-iya." Jeff mengangguk ragu, ia hanya merasa jika Ardi pasti akan memanfaatkan situasi kali ini.
"Ikut Papa ke Singapura kita pindah dan Papa akan bayar semua pengobatan Saffiyah."
Jeff terpaku, mulutnya terbuka setengah menatap lamat pada Ardi. "Pindah?"
"Iya, pindah. Di sana Papa akan memulai kehidupan baru dengan seseorang dan kamu tentunya."
"Terus Saffiyah juga ikut?"
Ardi menggeleng santai. "Anak itu tinggal sendiri di sini. Papa tidak mau dia jadi beban di sana cukup di sini aja dia menjadi beban!"
Kali ini Jeff yang menggeleng keras, sama sekali tidak mengerti dengan jalan pikiran Ardi. Tega sekali meninggalkan Saffiyah sendiri di sini tanpa ada yang menjaga.
"Stres papa, ya?" ucap Jeff, ia mengusap kasar wajahnya dengan satu tangan.
Ardi terkekeh, kemudian duduk di sofa. Menaikkan satu kakinya ke atas paha, mendongak menatap Jeff yang masih berdiri. "Kenapa kamu repot-repot ngurusin dia, padahal sebentar lagi ajal dia tiba."
Tidak terima adiknya dikatakan seperti itu, Jeff mengambil vas bunga yang ada di meja sampingnya kemudian membanting keras ke lantai. Hancur berkeping-keping dengan suara yang memekakkan telinga. Hal itu sama sekali tidak membuat Ardi terkejut justru ia memandang senang pada Jeff. Emosi laki-laki itu naik seketika melihat Ardi. Ayah macam apa itu, tolong jelaskan pada Jeff.
"PAPA UDAH NGGAK WARAS!" teriak Jeff tepat di depan Ardi. Dadanya naik turun karena emosi.
"Oke, Papa kasih pilihan kedua, mau?" tawar Ardi.
KAMU SEDANG MEMBACA
PACARNYA BOO
Teen FictionSatu hari sebelum mawar putih layu dia pernah berkata, "Jangan takut kehilangan. Karena sejatinya hidup adalah tentang kembalinya ke pelukan Tuhan." Saffiyah adalah gadis yang menduduki peringkat akhir di sekolah hal itu membuat Saffiyah mendapatkan...