39. PACARNYA BOO

126K 13.8K 2.3K
                                    

BERTEMU LAGI :)

SEPERTI BIASA, YA, TEKAN BINTANG DULU. JANGAN SIDERS :(

1000 vote dan 1000 komen untuk next part!

JAM BERAPA BACA INI?

SATU TOKOH YANG HARUS MENYESAL?

HAPPY READING :(

"APA?! KAMU MAU MENDONORKAN SUMSUM TULANG BELAKANGMU UNTUK PACAR KAMU? GILA KAMU, HAH?!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"APA?! KAMU MAU MENDONORKAN SUMSUM TULANG BELAKANGMU UNTUK PACAR KAMU? GILA KAMU, HAH?!"

"Al nggak gila, Kek. Al serius."

"Dikasih racun apa kamu sama dia?"

Boo menghela napas kasar, memandang kesal pada kakeknya yang berdiri di hadapannya. Pagi tadi tepat pada pukul tujuh dimana Boo kehilangan Saffiyah. Kakek dan ayahnya datang ke rumah sakit. Menjemputnya untuk pulang. Dan di sinilah Boo berakhir. Di hadapan Bunda, Ayah dan kakeknya.

"Baru jadi pacar sudah minta yang aneh-aneh ke kamu. Besok apalagi yang mau kamu kasih ke dia? Jantung kamu? Mata kamu? Ginjal kamu? Iya?" Ahsan – kakek Boo, masih berusaha membuat cucunya sadar atas apa yang dilakukan oleh Boo. Menurut Ahsan, tindakan bodoh Boo yang ingin mendonorkan sumsum tulang belakang untuk Saffiyah termasuk hal yang beresiko besar. Ia tidak ingin kehilangan cucu kesayangannya yang sangat berperan penting untuk perusahaan dan bisnisnya.

"Al sayang sama dia, kek. Al cuma nggak mau kehilangan dia."

"Apa yang kamu harapkan dari gadis bodoh itu, hah? Kakek sudah mencari datanya di sekolah. Peringkat akhir dan sama sekali tidak berprestasi. Itu yang kamu pilih menjadi pacar kamu?"

"Salah kalau Al pilih dia?" tanya Boo. Dadanya begitu sesak melihat kalimat sialan yang dilontarkan oleh Ahsan.

"Salah besar! Kakek mau kamu mendapatkan perempuan yang cerdas dan berkelas!"

Boo menggeleng pelan pada Ahsan. Benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran kakeknya. Bagaimana bisa ia memutuskan hubungannya dengan Saffiyah disaat ia mencintai gadis itu.

"Buat apa kek, dapat perempuan yang cerdas dan berkelas kalau Al sendiri nggak cinta? Mau liat Al nggak bahagia?" tanya Boo nada suaranya terdengar memohon.

"Kenapa kamu nggak bisa ngertiin kakek? Kenapa kamu berbeda dengan cucu kakek lainnya yang selalu bahagia apa yang kakek suruh!" Ahsan menghempas kasar bokongnya ke sofa. Memijat pelipisnya yang terasa nyeri melihat betapa keras kepalanya si Boo.

"Aku bukan mereka, kek, yang mudah nerima perempuan manapun atau bahagia saat dikasih apapun sama kakek!" balas Boo, menatap lekat ke arah Ahsan yang mendongak menatapnya.

"Kebahagiaan seseorang nggak bisa kakek lihat dari apa yang kakek kasih atau kakek pilihin. Oke, saudaraku yang lainnya mungkin seneng saat dikasih uang, dikasih harta, dijodohkan dengan perempuan cantik oleh kakek. Tapi, aku nggak bahagia, kek, atas semuanya. Kenapa? Karena hidup aku ya aku. Aku yang bisa nentuin kebahagiaan aku sama siapa." Boo mengeluarkan semua perasaannya selama ini. Ia cukup muak saat hidup ditengah keluarga yang seperti ini.

PACARNYA BOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang