HAPPY READING :)
..
Saffiyah benar-benar tidak tahu kenapa ada memar di beberapa bagian tubuhnya. Seperti di rahang dan pergelangan tangan. Padahal bintik merah yang timbul juga belum hilang. Ini pertama kalinya Saffiyah merasakan seperti ini.
Ia menatap lama pada layar ponsel yang menampilkan room chatnya dengan Boo. Tadi, saat Saffiyah tidak membalas pesan terakhir Boo. Cowok itu kembali mengirim pesan kepadanya, bahwa Boo akan datang ke rumah sepulang sekolah. Sudah jam tiga sore artinya sebentar lagi Boo akan ke sini. Dia berjanji untuk datang tepat jam tiga.
Saat Saffiyah ingin beranjak dari ranjang, ia mendengar suara bel rumah yang berbunyi nyaring, lekas membuat Saffiyah berjalan tergesa-gesa keluar kamar, menuruni tangga.
Namun, karena tubuhnya yang lemas Saffiyah kehilangan keseimbangan membuatnya terjatuh tepat di anak tangga terakhir. Hidungnya membentur pembatas tangga.
"Boo!" Saffiyah berteriak kencang. Merasakan sakit luar biasa pada hidungnya hingga Saffiyah melihat beberapa tetesan darah yang jatuh ke lantai. Ia menyentuh hidungnya yang ternyata mengeluarkan cairan darah segar.
Seseorang mengetuk pintu dengan kencang, samar-samar mendengar suara cowok yang memanggil namanya.
Sedetik kemudian Saffiyah melihat pintu utama terbuka lebar, memperlihatkan Boo yang masuk dan berlari ke arahnya dengan wajah cemas dan terkejut melihat Saffiyah terduduk lemas di lantai.
"Hidung lo luka," ucap Boo. Tanpa aba-aba cowok itu mengangkat tubuh Saffiyah. Mengalungkan kedua tangan Saffiyah di lehernya. Membawa ke sofa.
"Kotak obat lo dimana?" tanya Boo setelah berhasil mendudukkan Saffiyah ke sofa.
"Di kamar," jawab Saffiyah membuat Boo berlari menaiki tangga menuju kamar Saffiyah. Cowok itu sudah tahu letak kamar kekasihnya dimana, karena beberapa bulan yang lalu Boo pernah datang menjenguk Saffiyah karena demam.
Setelah menemukan kotak obat, Boo kembali lagi ke hadapanSaffiyah . Duduk di samping Saffiyah dengan posisi yang sempurna menghadap gadis itu.
Dari jarak sedekat ini Saffiyah dapat melihat betapa khawatirnya Boo pada dirinya. Kedua tangan Boo lincah mengeluarkan kapas lalu mengambil tisu di meja.
"Lain kali jalannya hati-hati!" Boo memperingati sambil membersihkan darah yang keluar dari hidung Saffiyah menggunakan tisu.
Saffiyah mengangguk. Setia melihat pergerakan Boo yang mencurahkan cairan antiseptik ke kapas lalu menempelkan pada luka kecil di hidung gadis itu.
"Masih sakit?" tanya Boo.
"Sedikit."
"Ini kenapa ada memar?" jari-jari Boo memegang pelan pada memar di rahang Saffiyah. Matanya seolah meminta penjelasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PACARNYA BOO
Teen FictionSatu hari sebelum mawar putih layu dia pernah berkata, "Jangan takut kehilangan. Karena sejatinya hidup adalah tentang kembalinya ke pelukan Tuhan." Saffiyah adalah gadis yang menduduki peringkat akhir di sekolah hal itu membuat Saffiyah mendapatkan...