Bilang 20 kali aku baik banget, harus jujur kalau aku itu baik.
Aku itu gak jahat kok :) cuma nyeremin dikit.
Yang gak siap mewek jangan baca ya...
Part ini sad!
JGN BACA DOANG YA, HARUS TEKAN BINTANG DULU!
KALAU GAK, GAK BISA NEXT!
1400 VOTE & 1700 KOMEN UNTUK NEXT PART!
..
HAPPY READING :(
Mendapatkan kabar tentang kakeknya yang meninggal jelas membuat Boo terpukul hebat. Baru beberapa jam yang lalu ia berbicara dengan kakeknya. Namun, kini kakeknya sudah tiada meninggalkan dirinya dan semua orang.
Rentetan pesan dari saudaranya masuk tak terhingga, mengatakan bahwa cowok itu harus pulang sekarang. Tapi, Boo tetap bergeming di tempatnya, menatap salah satu pesan yang dikirim oleh Bian.
Bian
Pulang lo, sialan! Kakek meninggal gara-gara lo!Boo tidak tahu, apakah dirinya yang menyebabkan kakeknya meninggal? Dari beberapa pesan tersebut mengatakan jika kakeknya meninggal saat Boo meninggalkan Ahsan begitu saja demi urusan yang dianggap penting.
"Lo nggak mau pulang?" tanya Ali, cowok dengan poni tipis di dahinya mengambil duduk disebelah Boo. Mereka duduk di depan ruang rawat Saffiyah.
Boo terdiam, terasa berat untuk menjawab pertanyaan dari Ali meski pertanyaan itu sangat sepele untuk dijawab.
"Gue nggak tahu, Li," lirih Boo, ia mengenggam erat ponsel yang ada di tangannya setelah mematikan layar ponselnya. Menunduk dalam-dalam dengan mata terpejam.
"Gue mau operasi sumsum tulang belakang untuk Saffiyah tapi diwaktu bersamaan gue harus lihat kakek gue," lanjut Boo.
"Operasi Saffiyah bisa dilakuin nanti kata dokter Vanya. Jadi, kalau menurut gue, lo pulang aja dan ikut acara pemakaman kakek lo." Ali mencoba memberi solusi.
Mendengar itu Boo menoleh pada Ali. "Gue minta tolong jagain Saf di sini, Li. Kasih tahu gue apapun yang terjadi di sini. Lo tahu sendirikan, Li, kalau gue sayang banget sama dia. Gue belum siap kalau harus kehilangan dia. Dia perempuan yang berhasil bikin gue jatuh cinta sedalamnya."
Ali mengangguk sambil mengusung senyum meyakinkan. "Tanpa lo minta kita semua di sini bakal jagain Saf. Yang penting lo harus lihat kakek lo untuk terakhir kalinya."
Merasa bahwa Saffiyah akan baik-baik saja saat ditinggali olehnya, Boo akhirnya berdiri membuat Ali juga ikut berdiri.
"Gue duluan, Li."
"Iya. Lo yang kuat, bilang sama keluarga lo kalau kita di sini nggak bisa ikut ke pemakaman."
Boo mengangguk. Setelahnya ia mengambil langkah lebar keluar dari koridor rumah sakit. Kepergian cowok itu membuat Ali terus menatap punggung tegap sahabatnya. Selain hidup dikendalikan cowok itu harus terpuruk karena keadaan Saffiyah.
KAMU SEDANG MEMBACA
PACARNYA BOO
Teen FictionSatu hari sebelum mawar putih layu dia pernah berkata, "Jangan takut kehilangan. Karena sejatinya hidup adalah tentang kembalinya ke pelukan Tuhan." Saffiyah adalah gadis yang menduduki peringkat akhir di sekolah hal itu membuat Saffiyah mendapatkan...