Terimakasih yang udah bertahan sampai chapter ini :)
Oh ya mau tamat di part berapa?
1. 50
2. 55
3. 52
Cerita ini part-nya nggak akan lebih dari 60.
1000 vote dan 1000 komen untuk next update!
..
Happy Reading :)
..
"Kamu tidak setuju dengan pertunangan ini, boleh beri aku alasan?" tanya Tania dengan sopan. Sebagai perempuan, ia jelas ingin meminta alasan mengapa Al bisa menolaknya yang sangat sempurna ini.
"Tunangan apa, Boo?"
"Saf, nanti aku telepon lagi, ya."
Tanpa menunggu jawaban dari Saffiyah di sebrang sana, Boo sudah lebih dulu mematikan sambungan telepon, kembali memasukkan ponsel tersebut ke saku celananya. Ia menggeser tempat duduk, seolah memberikan ruang untuk Tania duduk di sampingnya.
Tania yang mengerti itu langsung duduk. Kedua tangannya berada di atas paha sambil menatap ke depan seperti yang Boo lakukan.
"Lo mau tahu alasannya kan?" tanya Boo menatap lama pada Tania.
Tania menoleh, mengangguk dengan senyum manisnya. Secantik apapun Tania tidak ada yang bisa menggantikan Saffiyah di hati Boo.
"Gue udah punya pacar."
Mulut Tania terbuka mendengar itu, namun dengan cepat ia ganti dengan senyuman. Wajahnya sama sekali tidak menunjukkan kekecewaan.
"Pasti pacar kamu beruntung dapetin kamu," balas Tania.
"Gue yang beruntung dapetin dia." Boo mengoreksi.
"Oh, ya, kalau kamu udah punya pacar, kenapa kakek kamu mau kamu tunangan sama perempuan lain?" tanya Tania.
Boo menghela napas, mungkin Tania memang belum tahu bagaimana sifat kakeknya. "Kakek gue nggak suka sama pacar gue. Maka dari itu dia cari perempuan yang pantes buat gue."
Tania mengangguk. Ia tidak akan bertanya lebih lanjut tentang hubungan keduanya. Itu adalah privasi Boo dan pacarnya.
"Aku paham. Nggak apa-apa. Nanti aku coba buat bilang sama kakek kamu kalau pertunangan ini nggak perlu dilanjut. Aku nggak mau rusak kebahagiaan pacar kamu. Dan maaf, ya, aku malah iyain rencana kakek kamu."
Untuk sejenak Boo terkejut melihat balasan dari Tania yang membuatnya tertegun. Perempuan itu selain cantik dan berkelas juga mengerti tentang perasaan sesama perempuan.
"Thanks," ucap Boo menarik sudut bibirnya untuk tersenyum tipis.
Tania mengangguk kecil, senyum di wajah cantinya tidak pudar sedikitpun. Seolah-olah Tania adalah gadis yang selalu tersenyum apapun yang terjadi.
"Ya udah, kalau gitu aku masuk lagi. Aku mau ngobrol sama kakek kamu. Kamu lanjutin aja teleponnya." Tania berdiri setelah mendapatkan anggukan singkat dari Boo.
"Oh, ya, titip salam buat pacar kamu," kata Tania terakhir kali sebelum akhirnya melangkah anggun meninggalkan taman dan masuk ke dalam hotel.
Boo menghela napas lega setelah kepergian Tania. Tidak sesulit yang Boo pikirkan tentang Tania karena nyatanya gadis itu pintar mengambil keputusan. Ia pikir Tania akan sama dengan dengan perempuan lain yaitu memaksa pertunangan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
PACARNYA BOO
Teen FictionSatu hari sebelum mawar putih layu dia pernah berkata, "Jangan takut kehilangan. Karena sejatinya hidup adalah tentang kembalinya ke pelukan Tuhan." Saffiyah adalah gadis yang menduduki peringkat akhir di sekolah hal itu membuat Saffiyah mendapatkan...