51. USAI (END)

190K 16.4K 3.6K
                                    

Ini adalah akhir dari cerita Pacarnya Boo :)

Sudah siap?

POKOKNYA HARUS RAMEIN VOTE DAN KOMEN YA! SEBAGAI BENTUK AKHIR HEHE

HAPPY READING :)

Daun-daun kering yang termakan usia jatuh ke tanah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Daun-daun kering yang termakan usia jatuh ke tanah. Semilir angin berhembus dari timur mengantarkan kesejukan untuk orang-orang yang berdiri mengelilingi sebuah pusara yang masih basah. Mendung menghiasi langit seolah mengerti dengan kesedihan yang dirasa oleh mereka semua.

Suara tangis dari teman-teman sekolahnya sudah terdengar sejak tadi. Namun, hanya satu cowok yang menunduk dalam-dalam menahan suara tangisnya agar tidak pecah. Terduduk lemas di samping papan nama kekasihnya. Pundaknya terus dielus oleh sang bunda, berusaha memberikannya kekuatan.

Hal terberat dalam hidupnya kini adalah kehilangan orang yang dicintai. Boo tidak pernah bermimpi jika Tuhan benar-benar mengambil kekasihnya.

Rasa cinta itu semakin dalam, separuh jiwanya melayang terbawa oleh gadis itu. Tidak ada semangat dalam dirinya yang ada hanya kehampaan dan kesedihan yang mendalam.

"Sekarang anak Papa udah nggak sakit lagi kan? Udah bahagia kan bisa ketemu sama Mama, Shila dan Kak Jeff?" Suara Ardi gemetar sambil menaburkan bunga pada makan anaknya, berusaha menampilkan senyum kebohongan meski hatinya tersiksa luar biasa atas kepergian putri semata wayangnya.

Kini, istri dan ketiga anaknya sudah tiada. Ardi sendiri di dunia yang penuh kebisingan. Ia bagaikan orang asing yang terjebak di negara orang tanpa siapapun yang dapat membuatnya berarti seperti istri dan anaknya.

"Bilang ya sama Mama, kalau Papa kuat buat hadepin ini semua." Satu tetes air jatuh dari sudut mata Ardi. Suaranya semakin tertelan ditenggorokan karena tidak sanggup menahan sesak di dadanya hingga kepala pria itu jatuh tertunduk.

Sementara disisi lain ada Hara beserta Sila dan teman-teman lainnya yang ikut merasakan kesedihan atas kepergian gadis itu.

"Anak Bunda kuat kok, ikhlasin, ya sayang?" Keira bergumam pelan di samping Boo. Mata wanita itu berembun, ia dapat merasakan betapa hancur anaknya sekarang.

Boo menggeleng pelan, telapak tangannya mencengkram kuat papan nama kekasihnya. Ia tidak bisa mengikhlaskan kepergian gadis itu secepat ini. Masih banyak impian dan mimpi yang belum tergapai bersama gadis itu.

"Belajar buat ikhlasin. Setiap manusia itu akan kembali ke pelukan Tuhan tanpa pernah tahu cara seperti apa ia kembali. Terlepas dari itu semua, kita yang ditinggalkan cukup untuk mengikhlaskan dan berdoa untuk ketenangannya di sana," ujar Lio yang setia berada di belakang tubuh Boo bersama yang lainnya.

"Boleh sedih, Bos, tapi nggak boleh terlalu lama." Odi ikut menambahkan.

Lagi, Boo hanya menggelengkan kepalanya. Sejak acara pemakaman itu tidak ada suara yang keluar dari bibirnya yang ada hanyalah tatapan kosong dengan jiwa yang melayang dan hanya raga yang tersisa.

PACARNYA BOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang