22. PACARNYA BOO

130K 12.3K 663
                                    

HAPPY READING :)

..

Kepala Saffiyah bersandar pada jendela kafe yang ada di sebelahnya, memandang jalan besar yang dilalui oleh kendaran bersamaan dengan matahari yang perlahan tenggelam. Gadis itu duduk sendiri, ditemani secangkir coklat hangat. Disebelah cangkir itu terdapat amplop putih yang bertanda rumah sakit. Itu surat hasil pemeriksaannya yang diberikan oleh dokter Eza.

Tatapan Saffiyah menerawang jauh, kosong dan hampa. Pikirannya hanya dipenuhi oleh satu kata yang menganggu di pikirannya sejak tadi. Bahkan ia juga mengabaikan beberapa panggilan dari Boo dan tidak berniat untuk membalas pesan dari kekasihnya.

Ponsel yang ada di slig bag-nya bergetar, membuat Saffiyah bergerak mengambilnya dengan malas. Matanya melihat nama Boo tertera di sana. Sudah banyak kali cowok itu meneleponnya. Ia juga tidak jadi datang ke tempat latihan Boo. Tidak mau membuat cowok itu cemas, akhirnya Saffiyah menggeser icon hijau ke samping. menempelkan ponsel ke daun telinganya.

"Halo, Boo?"

"Saffiyah, kenapa lo nggak angkat telepon gue dari tadi? Pesan gue juga ngga lo balas. Lo kemana? Lo nggak apa-apa kan?"

Saffiyah tersenyum kecil saat mendengar ucapan panjang lebar dari kekasihnya yang terkesan dingin. Namun, perlahan cowok itu berubah mencair bersamanya.

"Saf?"

"Iya, Boo. Maaf, ya, aku nggak jadi datang ke tempat kamu latihan. Aku ada urusan tadi," sela Saffiyah.

"Urusan apa?"

Saffiyah menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Saffiyah tidak mungkin berkata yang sebenarnya jika ia hari ini telah mendapatkan kabar mengenaskan tentang dirinya dari dokter Eza.

"Urusan sama teman, tadi ada kerja kelompok dadakan."

"Lo dimana sekarang?"

"Aku di kafe Rain, Boo."

"Gue ke sana sekarang."

"Iya, Boo."

Sambungan telepon terputus. Saffiyah kembali memasukkan ponselnya ke dalam tas. Mulai mengaduk coklat hangatnya kemudian menyeruput dengan pelan. Sebuah cahaya kilatan petir terlihat dipenglihatan Saffiyah. Langit berubah mendung, awan hitam berkumpul. Saffiyah menghela napas. Semoga cowok itu tidak kehujanan saat menghampirinya ke sini.

"Saffiyah!"

Suara nyaring itu membuat Saffiyah mengalihkan tatapannya dari langit menuju sumber suara.

"Wawa," serunya begitu melihat Wawa datang menghampirinya.

"Lo ngapain duduk di sini sendirian?" tanya Wawa. Menarik kursi di depan Saffiyah lalu mendaratkan bokongnya.

"Aku lagi nungguin, Boo kok," jawab Saffiyah. "Oh, ya, kamu ke sini sama siapa?"

"Aku sama Refa, dia ke toilet bentar."

Saffiyah mengangguk. Tidak lama itu sosok Refa muncul dari belakang Saffiyah.

"Refa sini." Wawa memanggil.

Refa sontak menoleh dan tersenyum menghampiri keduanya.

"Mika nggak ikut?" tanya Saffiyah.

"Nggak," jawab Wawa, disusul dengan Refa yang duduk di samping Saffiyah.

"Udah mau hujan ini, kita pulang dulu, ya, Saf." Wawa melihat keluar jendela, rintik hujan mulai berjatuhan.

"Kita duluan, ya," kata Refa pada Saffiyah gadis itu berdiri dan segera berlalu dari hadapan Saffiyah.

PACARNYA BOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang