27. PACARNYA BOO

127K 13.2K 2.4K
                                    

Yey aku up!

350 vote dan 200 komen ya buat next part!

..

HAPPY READING!

..

"Kamu pergi dari dunia ini!"

Bibir Saffiyah tersenyum tipis, menatap Ardi dengan pandangan kabur. "Papa mau aku mati? Iya?" tanya Saffiyah.

Dengan gerakan cepat gadis itu membuang mawar putih yang ada di tangannya ke lantai, dan beralih mengambil beling kaca vas bunga yang sudah hancur. Kemudian menggenggamnya dengan erat. Beling kaca yang tajam itu tembus mengenai telapak tangan kiri dan kanannya. Darah segar dari telapak tangannya menetes jatuh ke lantai dengan tatapannya yang mengarah pada Ardi. Papanya hanya melihat genggaman Saffiyah yang sangat kuat.

"Kalau Saf disuruh milih waktu dulu, Saf nggak mau dilahirin ke dunia ini! Seharusnya Saf aja yang mati, biar mama dan Shila bisa hidup!" ucap Saffiyah getir. Rasa sakit di tangannya seolah tidak terasa justru rasa sakit di hatinyalah yang begitu terasa. Berdenyut nyeri.

"AYO PA, BANTU SAF MATI!" teriak Saffiyah. Gadis itu sudah cukup bersabar dengan apa yang terjadi selama ini. "BIARIN SAF MATI DI DEPAN PAPA DAN PAPA PUAS!"

"SAFFIYAH!" Jeff yang baru saja keluar dari kamar, sontak berlari menuruni tangga dan menghampiri Saffiyah. Cowok itu dengan hati-hati mendekat pada Saffiyah.

"Biarin Saf mati kak, karena itu yang papa mau dan bisa maafin aku! Saf juga udah nyusahin kakak selama ini. Gara-gara Saf kakak sama papa bertengkar. Gara-gara Saf perusahaan kakak mau hancur." Saffiyah menarik napasnya dalam-dalam. Matanya yang berair terus menatap bergantian pada Ardi dan Jeff. Kemudian kembali menatap Jeff. "Kakak juga udah nggak jujur tentang penyakit Saf! Ternyata Saf nggak kena demam berdarah tapi lebih dari itu!" tangis Saffiyah pecah.

Melihat tubuh adiknya yang bergetar dan lemah, membuat Jeff dengan terpaksan menangkap tubuh adiknya. Memeluknya erat. Perlahan tangan Jeff turun untuk membuang beling kaca yang ada di kedua tangan Saffiyah. Hingga darah yang berlumuran di tangan Saffiyah melekat pada tangannya.

"Nggak usah lakukan pengobatan apapun buat Saf, kak," lirih Saffiyah dalam pelukan Jeff. Cowok itu bisa merasakan betapa hancurnya Saffiyah sekarang.

"Kamu ngomong apa, sih? Kamu itu harus sembuh!" tekan Jeff, menahan tubuh Saffiyah yang ingin berontak.

Melihat dua anaknya yang berpelukan membuat Ardi segera melangkah kakinya. Berlalu dari hadapan Saffiyah dan Jeff. Ardi juga menulikan telinganya saat Jeff memanggilnya. Hingga mobil Ardi terdengar pergi menjauh dari rumah.

Napas Saffiyah memburu, bahunya bergetar naik turun. "Saf minta jangan bawa Saf ke rumah sakit lagi kak. Biarin waktu dan semesta yang hancurin Saf! Biar saat aku mati papa bisa maafin aku dan aku bisa pergi dengan tenang."

Jeff menggeleng kuat. "Kalau itu permintaan kamu, maaf, kakak nggak bisa turutin. Adik kakak satu-satunya harus sembuh! Nanti kakak bakal cari cara biar bisa dapetin uang buat berobat kamu!"

"Nggak usah kak. Biarin Saf gini aja."

Jeff tetap tidak mempedulikan ucapan ngawur Saffiyah. "Stop buat ngomong gitu, Saf!"

"Capek, kak."

Jeff buru-buru membopong tubuh adiknya, membawa ke kamar untuk mengobati luka di tangan Saffiyah. Membalutnya dengan perban dan berakhir Jeff yang menenangkan Saffiyah yang masih terisak.

"Istirahat, ya, kakak ambil makan buat kamu," ucap Jeff yang duduk di tepi ranjang, menghadap pada Saffiyah.

Saffiyah mengangguk, membuat Jeff berdiri dan berlalu dari kamar. Setelah melihat Jeff menghilang di balik pintu saat itulah airmatanya kembali turun dengan deras. Saffiyah bertanya pada dirinya sendiri, mengapa Tuhan memberinya rasa sakit yang mendalam?

PACARNYA BOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang