55. Kunjungan Terakhir dan Tania?

103K 11.2K 4.7K
                                    

Halo, aku update lagi!

Sebelumnya aku mau ngingetin kalo gak lama lagi cerita ini akan menjadi versi buku. Yang dimana versi buku lebih spesial dan ada kejutan!

Untuk part ini jangan lupa ramein dengan VOTE DAN KOMENTAR YA!

Kadang kesel liat yang baca banyak tapi votenya dikit :(

...

HAPPY READING!

Sebulan setelah perpisahan sekolah, kedua orang tua Boo sibuk mengurusi segala keperluan masuk tes perguruan tinggi negeri di salah satu negara yang menjadi tempat keinginan kakeknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebulan setelah perpisahan sekolah, kedua orang tua Boo sibuk mengurusi segala keperluan masuk tes perguruan tinggi negeri di salah satu negara yang menjadi tempat keinginan kakeknya. London.

Sebenarnya, ada banyak tawaran beasiswa yang Boo peroleh dari luar dan dalam negeri hanya saja semua pilihan tersebut tidak mencangkup salah satu keinginan Ahsan - kakeknya.

Boo menyugarkan kepalanya melihat betapa sibuknya Keira dan Arsen yang sedang memasukkan semua barang-barangnya ke dalam koper.

"Bun, nggak bisa kuliah di sini aja?" Itu adalah pertanyaan ke dua puluh yang Boo layangkan.

Keira yang sedang melipat handuk, mendongak menatap anaknya yang berdiri di samping ranjang. Kemudian menggeleng pelan. "Nggak bisa, sayang. Kan kamu juga udah janji mau penuhin permintaan kakek."

Boo menghela napas sambil mengambil duduk di bibir ranjang. Kedua telapak tangannya bertumpu di atas paha. "Tapi, Bun, kalau Al kuliah di sana, siapa yang temenin Ayah sama Bunda?"

"Nggak perlu khawatir, Al. Nanti setelah kamu pergi, Hara bakal tinggal di sini sama Ayah dan Bunda buat temenin kita." Arsen masuk ke dalam kamar setelah pergi ke dapur untuk mengambil kotak obat untuk Boo. Pria tua itu berjalan mendekati Boo. "Cukup selesaikan kuliah kamu di sana dengan cepat dan kembali ke sini," sambung Arsen.

"Bener kata ayah, sayang. Masih ada Hara kok." Keira ikut menimpali.

Mendengar perkataan Arsen dan Keira membuat Boo menunduk sejenak sebelum akhirnya mengangkat kepala lemah dan mengangguk pelan.

Arsen menepuk pundak Boo satu kali. "Gitu dong. Anak Ayah harus tetap semangat. Saffiyah di sana pasti bahagia liat kamu yang perlahan bangkit."

Boo mengangguk lagi seraya mengusung senyum tipis.

"Oh, ya, katanya keberangkatan kamu besok pagi jam 7, mau hari ini ke makam Saffiyah?" tawar Arsen seperti biasa. Semenjak mengetahui jika anaknya sering mengunjungi makam Saffiyah, pria itu selalu menawarkan.

"Bunda punya sebuket mawar putih, kamu bawa, ya, kan besok pagi hari keberangkatan kamu jadinya pasti kamu nggak akan sering ke makam. Sebentar, Bunda ambil dulu," ucap Keira tiba-tiba, wanita itu lekas berdiri dan berjalan keluar mengambil mawar yang ia janjikan.

Boo dan Arsen hanya menatap punggung Keira lalu sama-sama tersenyum. Arsen yang selalu kagum dengan tindakan cepat istrinya dan Boo yang kagum karena bundanya selalu mengetahui apa yang ia butuhkan.

PACARNYA BOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang